Monday, January 25, 2021

Cloud demokratisasi software bisnis untuk UMKM


Kemajuan pada komputasi awan telah mengubah cara berinteraksi dengan “dunia luar”, mulai dari cara membayar tagihan, berkomunikasi, hingga menjelajahi jalanan di ibu kota. Kehadiran teknologi cloud telah membuktikan adanya disrupsi pada kebiasaan lama masyarakat dalam menjalani kehidupan.

Pada dunia software, industri ini telah mengalami perubahan besar dalam dua dekade terakhir, dan sekarang sedang mengalami percepatan pengadopsian karena krisis global yang terjadi pada enam bulan terakhir. Perangkat lunak mahal dan kompleks yang sebelumnya sulit ditemukan sekarang banyak tersedia karena adanya teknologi cloud. Tahap ini membuahkan demokratisasi pada bisnis perangkat lunak, yaitu pergeseran sumber daya yang dulu langka menjadi sesuatu yang dapat digunakan oleh semua orang.

Menurut VP & GM Zoho Corporation untuk wilayah Asia Pasifik Gibu Mathew, terdapat beberapa faktor mengapa terjadinya perubahan pada aplikasi perkantoran yang lebih demokratis, mudah digunakan, dan terjangkau. Merambaknya teknologi informasi adalah salah satunya.

“Perangkat lunak telah menjadi faktor penting dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dulu memerlukan bermacam proses pengkodean dan pengetahuan teknis, kini dapat diselesaikan hanya dengan melakukan drag and drop. Aplikasi perkantoran telah mengikuti dan semakin terasa seperti aplikasi sehari hari. Dengan fitur yang umum serta antarmuka pengguna yang familiar, kini keahlian dan pelatihan khusus tidak lagi diperlukan untuk membangun dan menjalankan perangkat lunak,” tuturnya.

Selain itu, tambahnya, maraknya penggunaan ponsel pintar telah memungkinkan pengguna menjalankan bisnis ke mana pun mereka pergi.

“Software yang mudah digunakan telah tersedia di mana-mana, yang artinya karyawan tidak lagi terpaku pada komputer meja. Saat ini menyebarkan informasi meskipun sedang dalam perjalanan kini semakin mudah. Penyedia perangkat lunak yang memfokuskan diri pada konsumen turut menyediakan aplikasi seluler sebagai cara lain untuk mengakses layanan,” katanya.
Bagian dari demokrastisasi perangkat lunak adalah semakin banyaknya pilihan konsumen. Setiap hari, banyak aplikasi-aplikasi yang ditawarkan sehingga masyarakat memiliki berbagai opsi untuk menangani proses bisnis apa pun.

“Dulu, hanya ada beberapa penyedia perangkat lunak yang bisa dipilih oleh pemilik usaha. Sekarang sudah ada ratusan alternatif. Karena banyaknya pilihan, konsumen dapat menentukan bagaimana mereka mengelola bisnis tanpa harus mempelajari keahlian baru,” imbuhnya.

Menurut Gibu, saat ini pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) pun dapat mengakses piranti lunak yang sebelumnya hanya bisa dimiliki perusahaan besar.

“Dahulu perangkat lunak bisnis membutuhkan modal yang sangat banyak. Konsekuensinya, hanya perusahan besar dengan dana berlimpah yang mampu memiliki fitur dan kemampuan yang disediakan oleh komputasi awan. Namun, kebangkitan teknologi cloud dan seluler tidak lagi dikaitkan dengan kebutuhan seperti melakukan instalasi di tempat, tidak lagi butuh ruangan server atau modal besar untuk menjalankan bisnis. Hanya dengan ponsel pintar saja sudah cukup. Hasilnya? Pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki akses ke alat yang biasanya dimiliki perusahaan besar selama bertahun-tahun. Sekarang mereka dapat memberikan pengalaman kelas dunia yang tidak kalah saing kepada konsumennya,” katanya.

Dihubungi terpisah, Ketua Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (HIPMIKINDO) Syahnan Phalipi mengatakan bahwa saat ini banyak yang mengira pelaku UMKM belum terlalu melek terhadap teknologi, padahal pendapat ini tidak sepenuhnya tepat. Banyak aplikasi-aplikasi operasi bisnis yang digunakan oleh pelaku usaha, meski tentu masih belum sampai pada tingkat yang terintegrasi. Berbagai bidang usaha seperti kuliner, fesyen, furnitur, hingga jasa sablon dan percetakan pun secara perlahan sudah mulai mengadopsi teknologi komputasi awan.

“Kelebihan penggunaan teknologi ini salah satunya adalah menekan biaya. Bandingkan kalau UMKM harus menyewa server sendiri hanya untuk menyimpan data konsumen, angka penjualan, database suplier, berapa biaya yang harus mereka keluarkan? Ini hanya cocok untuk level korporasi besar. Saat ini sudah banyak pengembang aplikasi yang memahami kebutuhan UMKM sehingga kita dapatkan banyak sekali solusi teknologi yang ditawarkan, dan ini tentu menguntungkan bagi pelaku usaha kecil menengah,” ungkapnya.

Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, tambah Syahnan lagi, bukan hanya perusahaan besar yang melakukan transformasi digital, bahkan pengusaha UKM pun harus melakukannya. Dengan mengurangi frekuensi berkumpul bersama tim kerja, khususnya bagian produksi, maka bisa berimpilkasi pada berkurangnya pengawasan. Kalau pengawasan menurun, berpengaruh pada quality control.

“Dengan adanya teknologi sistem operasi saat ini, yang dikembangkan oleh perusahaan apapun itu, pelaku UKM tetap bisa berproduksi tanpa harus mengurangi kualitas. Maka kami dari asosiasi mendukung dan terus mengedukasi anggota-anggota kami untuk selalu memperbaharui pengetahuan mereka tentang teknologi, karena kita hidup di masa keterbatasan fisik menjadi tantangan,” tutupnya.




Ikuti bagaimana cara TITIPKU membantu UMKM dalam acara StartSMEup Talk - 05 Feb 2021, daftar segera di https://s.id/eventcerdas5feb

0 comments:

Post a Comment