Pandemi COVID-19 bukan alasan untuk tak berkreasi dan menghasilkan cuan. Di Surabaya, ada UMKM yang omzetnya tetap naik selama pandemi. UMKM ini bangkit dan mencoba berbagai cara untuk memasarkan produknya.
Hal ini lah yang dilakukan Diah Arfianti dalam mengembangkan bisnisnya Diah Cookies. Di Kota Pahlawan ini, kue kering buatan Diah laris manis diburu para pembeli hingga luar daerah dan luar negeri.
Kepada detikJatim, Diah mengakui dirinya sempat khawatir pandemi COVID-19 bisa mempengaruhi bisnisnya. Apa lagi saat awal pandemi, dirinya sempat menyetok 9 ribu toples kue kering untuk dijual. Takut tak laku, akhirnya Diah sempat menghentikan produksinya.
"Pandemi tahun 2020 itu masuk Surabaya bulan Maret. Itu saya sudah mulai produksi besar pada bulan Februari, saya sudah punya stok banyak stok lebaran saat itu sudah 9 ribu. Lalu Corona masuk bulan Maret, saya takut jadi sempat menghentikan produksi dan menghabiskan stok saya 9 ribu (toples)," kata Diah kepada detikJatim di Surabaya, Selasa (25/1/2022).
"Pandemi tahun 2020 itu masuk Surabaya bulan Maret. Itu saya sudah mulai produksi besar pada bulan Februari, saya sudah punya stok banyak stok lebaran saat itu sudah 9 ribu. Lalu Corona masuk bulan Maret, saya takut jadi sempat menghentikan produksi dan menghabiskan stok saya 9 ribu (toples)," kata Diah kepada detikJatim di Surabaya, Selasa (25/1/2022).
Untuk menghabiskan stok ribuan toples kue kering, Diah yang banyak menjual produknya melalui online ini melakukan banyak promo. Dia juga memberi diskon agar stoknya cepat ludes terjual.
"Saya fokus menghabiskan stok saya, saya mikirnya gini, yang penting modal saya kembali. Saya obral, saya promo, diskon, free ongkir, bundling," ungkapnya.
Namun, saat stok mulai menipis, Diah malah kebanjiran pesanan. Apa lagi saat memasuki bulan puasa. Diah mulai kebingungan untuk menambah stok lagi. Terlebih karyawannya sudah banyak yang dipulangkan ke desa.
"Saya fokus menghabiskan stok saya, saya mikirnya gini, yang penting modal saya kembali. Saya obral, saya promo, diskon, free ongkir, bundling," ungkapnya.
Namun, saat stok mulai menipis, Diah malah kebanjiran pesanan. Apa lagi saat memasuki bulan puasa. Diah mulai kebingungan untuk menambah stok lagi. Terlebih karyawannya sudah banyak yang dipulangkan ke desa.
Dengan memanfaatkan sisa karyawannya, Diah tetap berjibaku membuat sejumlah pesanan. Diah menyebut ada empat hingga lima karyawan yang dipekerjakan. Jumlah ini cukup merosot dari karyawannya yang mencapai 20-an. Diah mengaku sempat kewalahan.
"Akhirnya saya mengambil tenaga yang ada. Tapi kecepatannya tetap kurang karena mereka bukan tim inti. Tapi kita berusaha ngejar supaya kita bisa tetap jalan," bebernya.
Diah menambahkan banyak tetangganya yang akhirnya ikut diperbantukan dalam mengejar stok. Apa lagi banyak tetangganya yang dirumahkan akibat pandemi COVID-19.
"Akhirnya saya mengambil tenaga yang ada. Tapi kecepatannya tetap kurang karena mereka bukan tim inti. Tapi kita berusaha ngejar supaya kita bisa tetap jalan," bebernya.
Diah menambahkan banyak tetangganya yang akhirnya ikut diperbantukan dalam mengejar stok. Apa lagi banyak tetangganya yang dirumahkan akibat pandemi COVID-19.
Namun, masalah tak berhenti di sini. Saat itu, ada sejumlah peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan orang berkerumun di satu tempat. Padahal dalam membuat kue kering, Diah mengaku ada beberapa karyawan yang harus bersama-sama dalam satu ruangan.
Beruntung ada tetangga yang mau meminjamkan rumahnya agar tidak terjadi kerumunan. Diah pun tetap memproduksi kue dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, seperti karyawannya memakai masker dan tetap menjaga jarak.
Sementara di tahun berikutnya, Diah mengaku telah belajar banyak. Di 2021, Diah tetap memproduksi kue kering dengan target awal. Diah tak menyangka stoknya pun ludes diburu penggemar kuenya.
Beruntung ada tetangga yang mau meminjamkan rumahnya agar tidak terjadi kerumunan. Diah pun tetap memproduksi kue dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, seperti karyawannya memakai masker dan tetap menjaga jarak.
Sementara di tahun berikutnya, Diah mengaku telah belajar banyak. Di 2021, Diah tetap memproduksi kue kering dengan target awal. Diah tak menyangka stoknya pun ludes diburu penggemar kuenya.
"Buka 12 ribuan, akhirnya pengalaman dari 2020 ke 2021 saya belajar ternyata meskipun pandemi, orang-orang tetap berminat untuk membeli kue kering Diah Cookies," tambahnya.
Untuk menghabiskan stok sesuai target, Diah mengaku melakukan berbagai upaya. Misalnya menambah budget iklan, membuat konten-konten menarik, hingga menggandeng sejumlah pihak untuk di-endorse.
"2021 meningkat drastis karena kita sudah kayak biasa produksi dan pemasarannya. Bahkan melebihi target di tahun 2021 sampai terjual 20 ribu toples," lanjutnya.
Kue kering yang paling diminati ini yakni nastar. Diah mengaku sejak lama, peminat nastarnya memang cukup banyak.
Untuk menghabiskan stok sesuai target, Diah mengaku melakukan berbagai upaya. Misalnya menambah budget iklan, membuat konten-konten menarik, hingga menggandeng sejumlah pihak untuk di-endorse.
"2021 meningkat drastis karena kita sudah kayak biasa produksi dan pemasarannya. Bahkan melebihi target di tahun 2021 sampai terjual 20 ribu toples," lanjutnya.
Kue kering yang paling diminati ini yakni nastar. Diah mengaku sejak lama, peminat nastarnya memang cukup banyak.
Selain itu, mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga menjadi salah satu pelanggan kuenya. Meski sudah menjadi Menteri Sosial RI, Diah mengaku Bu Risma kerap memesan hingga membeli langsung kuenya saat di Surabaya.
"Terakhir kemarin Ibuk (Risma) mengajak orang-orang di Kemensos ke sini. Terus banyak yang repeat order waktu ke Surabaya pada mampir," tambah Diah.
Sementara itu, untuk menggaet pasar yang lebih besar, Diah juga membuka toko offline. Pembukaan toko juga didatangi Wali Kota Surabaya, Armudji. Toko ini juga didesain dengan menarik dan menampilkan sejumlah display kue buatannya.
"Terakhir kemarin Ibuk (Risma) mengajak orang-orang di Kemensos ke sini. Terus banyak yang repeat order waktu ke Surabaya pada mampir," tambah Diah.
Sementara itu, untuk menggaet pasar yang lebih besar, Diah juga membuka toko offline. Pembukaan toko juga didatangi Wali Kota Surabaya, Armudji. Toko ini juga didesain dengan menarik dan menampilkan sejumlah display kue buatannya.
"Untuk persepsi membangun branding dan menggaet pasar yang lebih banyak, akhirnya kami bikin toko," ungkap Diah.
Saat ini, Diah telah memiliki puluhan karyawan. Ada enam karyawan yang bertugas mengurusi administrasi. Lalu, ada 23 karyawan yang bekerja di bidang produksi kue kering.
Kesuksesan Diah ini tak lain karena kerja keras dan keuletannya. Namun selain itu, Diah mengaku banyak terbantu pendampingan yang diberikan Pemkot Surabaya.
Diah pun tak pelit berbagai tips agar UMKM di Surabaya bisa tetap maju dan menghasilkan keuntungan selama pandemi. Diah mengajak para pelaku UMKM kembali bangkit dan berfokus pada pemasaran produknya.
Saat ini, Diah telah memiliki puluhan karyawan. Ada enam karyawan yang bertugas mengurusi administrasi. Lalu, ada 23 karyawan yang bekerja di bidang produksi kue kering.
Kesuksesan Diah ini tak lain karena kerja keras dan keuletannya. Namun selain itu, Diah mengaku banyak terbantu pendampingan yang diberikan Pemkot Surabaya.
Diah pun tak pelit berbagai tips agar UMKM di Surabaya bisa tetap maju dan menghasilkan keuntungan selama pandemi. Diah mengajak para pelaku UMKM kembali bangkit dan berfokus pada pemasaran produknya.
Menurutnya, saat ini penting untuk melakukan pemasaran produk melalui media digital atau online. Diah menyebut banyak pasar yang bisa diraih melalui dunia maya.
"Untuk teman-teman harus tetap fokus sama produknya mau nggak mau harus sudah ke online. Karena dunia sudah mulai berubah, jadi kita harus mengikuti perubahan supaya kita bisa bertahan," pesan Diah.
"Untuk teman-teman harus tetap fokus sama produknya mau nggak mau harus sudah ke online. Karena dunia sudah mulai berubah, jadi kita harus mengikuti perubahan supaya kita bisa bertahan," pesan Diah.
0 comments:
Post a Comment