Banpres Produktif untuk UMKM Bangkit: Harapan dan Optimisme Tetap Jadi Kata Kunci
Jakarta - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, tidak pelak lagi
memberikan pukulan pada para pelaku usaha. Di satu sisi mereka harus
memastikan keberlangsungan usahanya, namun di sisi lain juga
mengedepankan perlindungan kesehatan. UMKM sebagai tulang punggung
perekonomian nasional yang memiliki pangsa 99.99% dari total populasi
pelaku usaha di Indonesia pun, tentu saja tidak kebal dari dampaknya.
Menyadari
hal tersebut, pemerintah meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) yang ditujukan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional pada
masa pandemi termasuk bagi UMKM. Program ini bertujuan agar pelaku usaha
agar dapat terus melanjutkan usahanya dan juga sebagai upaya untuk
menekan potensi pengurangan tenaga kerja.
Sebagai stimulus dan
dukungan bagi UMKM, pemerintah menggulirkan beragam bantuan dari hulu ke
hilir, seperti yang dipaparkan oleh Fiki Satari – Staf Khusus Menteri
Koperasi dan UMKM pada Dialog Produktif Semangat Selasa yang berlangsung
secara virtual (3/8/2021).
Bantuan tersebut di antaranya adalah
Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang mendapat respon antusias dari
12,8 juta pelaku usaha mikro yang menjadi targetnya. Selain itu, Kredit
Usaha Rakyat (KUR) telah terserap hingga 54%, dengan relaksasi bunga
mencapai 0% bila ada kendala dari penerima bantuan. Masyarakat dapat
mengecek cara mendapatkan bantuan tersebut melalui website www.kemenkopumkm.go.id atau akun media sosial Kemenkopumkm.
Pemerintah
juga menetapkan berbagai kebijakan untuk memudahkan para pelaku UMKM.
Dalam upaya membantu akses pasar, 40% dari belanja pemerintah wajib
dilakukan bagi UMKM, dan hingga saat ini lebih dari 200 ribu UMKM telah
bergabung. Sedangkan untuk membantu akses pemasaran, terdapat kebijakan
mengalokasikan 30% ruang publik sebagai tempat usaha UMKM disertai
pemotongan biaya sewa.
Digitalisasi UMKM
Dengan adanya
pembatasan aktivitas dan mobilitas, serta protokol kesehatan yang harus
dijalankan, digitalisasi dinilai dapat menjadi salah satu solusi
berlangsungnya usaha semasa pandemi. Apalagi bila mengingat bahwa bagi
masyarakat, kini media sosial sudah menjadi bagian dari gaya hidup, dan
orang Indonesia terbilang aktif menggunakan internet.
Dalam
dialog yang sama, Andanu Prasetyo, Founder Kopi Tuku menyebutkan beragam
manfaat yang bisa dinikmati pengusaha manakala menggunakan platform
digital. Di antaranya adalah memperluas jangkauan pasar dan meringankan
modal usaha. Pembiayaan menjadi lebih hemat lantaran pelaku usaha tidak
memerlukan dana untuk menyewa kios riil. Manfaat lain adalah mempermudah
sistem dan pendataan. Sebagai contoh, saat menggunakan layanan
marketplace, pengusaha tidak perlu mencatat daftar pemesanan, juga
terdapat data pelanggan yang sangat diperlukan saat melakukan inovasi
produk/layanan sesuai kebutuhan konsumen.
Karena itu, pemerintah
terus aktif mendorong UMKM di tanah air untuk mulai memanfaatkan
fasilitas digital, terutama dalam upaya mendongkrak pemasaran.
Fiki
menjelaskan, usaha mikro didorong masuk ke penggunaan media sosial dan
aplikasi sederhana. Misalnya, pedagang pasar basah menerima pesanan
melalui panggilan video, kemudian melakukan pengiriman melalui ojek
online.
Usaha kecil diharapkan dapat terjun ke marketplace
homogen atau lokal, sedangkan usaha menengah didorong masuk ke
e-commerce yang lebih besar atau berskala nasional.
“Melalui
Pasar Digital UMKM, pemerintah juga memberikan kesempatan bagi UMKM
untuk masuk rantai pasok industri dan BUMN,” tambahnya.
Kiat Pelaku Usaha untuk Bangkit di Masa Pandemi
Sebagai
perwakilan pelaku usaha industri kreatif, Christine Laifa – Founder The
Finery Report menegaskan, bahwa peluang akan tetap ada dan tidak ada
batas untuk berinovasi, meskipun di tengah pandemi.
“Kita selalu
dituntut kreatif secara bisnis. Kreatif itu artinya mampu memecahkan
masalah, bisa menemukan solusi, paham apa yang dibutuhkan orang,”
ungkapnya. Christine mencontohkan inovasi bisnis Kopi Tuku yang
mengeluarkan botol literan, sehingga pelanggan tetap bisa menikmati kopi
walaupun tanpa keluar rumah.
Pelaku usaha harus lincah (agile),
adaptif, inovatif; hal-hal yang menjadi tantangan abadi pelaku usaha.
Kendati demikian, Andanu menyebut, bahwa situasi sulit seperti pandemi
bahkan bisa dianggap sebagai “berkah” bagi pelaku usaha, karena
mendorong efek kepepet yang justru memunculkan ide-ide baru, dan
menyadarkan pengusaha akan aset yang patut disyukuri, seperti pelanggan
yang sangat loyal.
Agregasi, sinergi, kolaborasi, semangat gotong
royong yang khas bangsa Indonesia, juga disebut sebagai unsur penting
dalam membangun iklim usaha sehat bagi UMKM. Namun di atas itu, ketiga
narasumber menggarisbawahi kata kunci yang dipandang krusial untuk
mendukung UMKM bangkit, mandiri dan bisa naik kelas di masa pandemi.
Yaitu, harapan yang tidak terputus, serta sikap optimis.
Dengan selalu berpola pikir optimis dan menyimpan harapan, maka setiap permasalahan, bahkan pandemi pun akan dapat dikalahkan.
Sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/809221/banpres-produktif-untuk-umkm-bangkit-harapan-dan-optimisme-tetap-jadi-kata-kunci
0 comments:
Post a Comment