Monday, January 25, 2021

Renyahnya Beragam Rasa Tape Crispy Dinikmati Sampai Negara Tetangga

Nurul Hidayati (41), warga Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami, Bondowoso, menunjukkan beberapa jenis olahan tape yang menjadi produk kekinian, Senin (25/1/2021). Bisa diterima pasar luar negeri.

Kreativitas rakyat Bondowoso membuat olahan singkong tidak lantas berhenti dalam bentuk Tape Bondowoso, yang sudah ikonik sekian lama. Ternyata tape masih bisa dikembangkan lagi menjadi olahan lain, seperti Tape Crispy merek GeHaelFood, yang justru lahir bukan dari tangan ahli kuliner melainkan seorang apoteker.


==================

Siapa yang tidak mengenal Tape Bondowoso yang legendaris itu? Dari bahan singkong, dengan kearifan lokal bisa tercipta kudapan tape yang lembut dan menyegarkan, serta sudah terkenal sampai ke seantero Indonesia.


'Sosok' Tape Bondowoso yang ikonik dan mampu menyaingi kelezatan Peyeum Bandung itu, memberi ide pada Nurul Hidayati (41), warga Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami, Bondowoso, yang kemudian menjadi keputusan besar dalam hidupnya.

Padahal permulaan Nurul menekuni usaha tape olahan itu memang berliku. Ide membuat tape crispy muncul dari usaha salah satu saudaranya. Keluarganya memproduksi keripik tape, namun karena Bondowoso disebut Kota Tape, Nurul lantas ingin melahirkan produk baru.

Kemudian muncul gagasan membuat Tape Crispy GeHaelFood yang sekarang ditekuninya. Padahal awalnya, ia mempacking ulang keripik tape saudaranya. Sesuai namanya, tape buatan Nurul punya tekstur renyah, tidak lagi lembut dan berair seperti tape umumnya.

Nurul menuturkan, ia memulai bisnis Tape Crispy sejak 2019. Tentu dalam perjalanan awal, Nurul melalui banyak tantangan yang membuat semangatnya semakin terpacu. Apalagi dengan latar belakang Nurul sebagai apoteker dan tak seberapa piawai mengolah makanan.

"Hasilnya, tekstur tape justru menjadi alot bukan crispy. Selain itu tidak padat, banyak yang hancur," kenang Nurul saat berbincang dengan SURYA di rumahnya, Senin (25/1).

Kendati begitu, ibu dua orang anak ini tidak patah arang. Ia terus belajar agar hasil olahan tape bisa seperti yang diinginkan. Mulanya, ia mencari cara membuat tape crispy lewat YouTube. "Karena berkomitmen terjun di bisnis olahan tape dan UKM (Usaha Kecil Menengah), saya mengikuti pelatihan secara mandiri," terangnya.

Di akhir 2019, mantan Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Bondowoso ini mengikuti program pelatihan UMKM dan UKM yang digagas salah satu perusahaan swasta. Karena punya kesulitan mengenai cara menggunakan vacuum frying sebagai alat menggoreng tape, ia disarankan belajar ke UMKM di Blitar.

Memang vacuum frying biasanya digunakan sebagai alat penggorengan bahan makanan yang mengandung air, termasuk tape.

"Kemudian awal 2020, saya berangkat ke Blitar untuk belajar. Perlu satu bulan untuk bisa mengetahui teknik menggoreng dengan vacuum frying. Saya akhirnya paham menggoreng dengan alat itu tidak perlu diputar," paparnya.

"Cara itu membuat tape hancur dan tak bisa crispy. Olahan tape cukup didiamkan dan digoreng dengan api yang kecil. Saya akhirnya bisa membuat tape crispy," tambahnya.


Usai merampungkan pelatihan, Nurul bergerak cepat melanjutkan proses produksi. Tidak hanya itu, ia juga menyiapkan kemasan produk tape crispy dengan membeli bahan dasar tape dari pedagang Bondowoso.

"Sekitar dua pekan produk tape crispy diluncurkan memang sepi pembeli. Tetapi bulan berikutnya, tepatnya Maret 2020, penjualan meroket, bahkan hingga overload," ujarnya.

Pembeli produk tape crispy GeHaelFood di antaranya berasal dari Jakarta, Malang, Yogyakarta, Bogor dan Halmahera (Maluku). Melalui pihak reseller, penjualan produk tape crispy ala apoteker ini malah meluas bahkan mampu menapaki pasar luar negeri.

"Reseller saya pernah mengirim tape crispy buatan saya ke Timor Leste dan Malaysia," sebutnya.

Produk tape crispy GeHaelFood punya beragam varian rasa, yakni original, pedas, cokelat, dan keju. Rentang harganya dibanderol mulai Rp 15.000 untuk kemasan 80 gram sampai Rp 35.000 untuk kemasan 250 gram.

"Dalam sebulan produk tape crispy terjual hingga 6.000 bungkus dengan omzet puluhan juta. Akan tetapi, dua bulan terakhir saya merasakan dampak pandemi Covid-19. Penjualan menurun hingga 50 persen," urainya.

Agar pembeli tidak bosan Nurul menghadirkan inovasi baru dari produk tape crispy. Produk terbaru yang sudah berjalan yakni Rondo Royal. Olahan tape itu dibentuk seperti risoles dan pastel dengan isian keju maupun cokelat jenis makanan beku (frozen food).

Inovasi lain yang bakal dihadirkan yakni cokelat batang isi tape crispy, labu kuning crispy dan crackers.

"Produk Rondo Royal dibanderol Rp 20.000 per boks. Saat ini penjualan Rondo Royal akan kami masifkan. Sedangkan labu kuning crispy, cokelat batang dan crackers dalam tahap pengolahan," ungkap wanita berdarah Banyuwangi ini.

Dalam pembuatan produk tape crispy, Nurul dibantu tiga orang karyawan yang merupakan warga Curahdami. "Saya memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantu produksi," ucapnya.

Meski Nurul tidak membuat sendiri seluruh produk kulinernya itu, namun Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Bondowoso melirik usahanya, lantas memberikan bantuan alat vacuum frying.

Seiring berjalannya waktu ia telah mempunyai produk sendiri yakni tape crispy GeHaelFood. Produk UKM GeHaelFood telah menjadi unggulan di Bondowoso.




Ikuti bagaimana cara TITIPKU membantu UMKM dalam acara StartSMEup Talk - 05 Feb 2021, daftar segera di https://s.id/eventcerdas5feb

0 comments:

Post a Comment