Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan urat nadi perekonomian global, mencakup hampir 90% dari seluruh bisnis dan mempekerjakan sekitar setengah dari angkatan kerja global.
Indonesia sendiri sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 275 juta jiwa memiliki 65 juta UMKM. Sektor ini berkontribusi terhadap 60% produk domestik bruto (PDB) nasional, setara dengan Rp9,6 triliun.
Menariknya, sebagian besar lanskap dari sektor UMKM ini didominasi oleh perempuan, yaitu mencakup 64,5% dari total UMKM. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan data global, yaitu hanya satu dari tiga UMKM yang dimiliki oleh perempuan.
Data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Stellar Women dan survei Boston Consulting Group memaparkan bahwa sektor makanan dan minuman (F&B) menjadi jenis usaha yang paling banyak dilakukan oleh pengusaha perempuan. Hal ini diasumsikan karena pengusaha perempuan tampaknya tertarik pada industri yang mereka rasa nyaman untuk dikelola secara end-to-end.
Usaha jasa atau pelayanan di peringkat kedua, kemudian disusul oleh fesyen dan tekstil pada peringkat ketiga.
Sementara itu, perempuan pengusaha (UMKM) pada survei terbagi hampir sama antara mereka yang pernah bekerja dan mereka yang bukan angkatan kerja. Menariknya, perbedaan motivasi antara kedua kelompok ini sangat kecil, karena pendapatan dan penyaluran semangat mereka merupakan dua motivator utama di kedua kelompok.
Hal ini menunjukkan bahwa, terlepas dari status pekerjaan mereka sebelum berwirausaha, perempuan di Indonesia memiliki aspirasi dan motivasi yang sama dalam memulai usaha.
Meski demikian, UMKM perempuan di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat partisipasi aktif mereka dalam kepemilikan bisnis yang mencakup berbagai aspek, seperti tidak adanya akses untuk mendapatkan mentorship.
Salah seorang pengusaha UMKM sekaligus penemu Cassaplast Bioplastic, Cacam Samsiah, mengaku telah menyadari pentingnya hal ini, “Saya mengambil banyak kelas seperti keterampilan komunikasi, bisnis digital, (dan) kelas apa pun yang akan saya ikuti. Saya mencoba meningkatkan diri saat bergabung komunitas ini. Semakin banyak Anda bergaul dengan orang-orang yang memiliki bisnis dan tantangan yang sama, (semakin) dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian Anda untuk maju,” ujarnya, dikutip dari pembahasan hasil penelitian.
Namun, terdapat permasalahan yang lebih mendalam dan sistemik juga, seperti ekspektasi dan bias masyarakat, yang juga perlu diatasi di seluruh spektrum sosio-ekonomi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang benar-benar inklusif.
Sebagai informasi tambahan, responden dari survei ini sebagian besar terdiri dari perempuan berusia 25-49 tahun dengan usia rata-rata 34 tahun. Khususnya, 83% dari operasi bisnis perempuan pengusaha sebagian besar terpusat di provinsi-provinsi terkemuka di Jawa, termasuk Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan Jawa Barat. Konsentrasi ini sejalan dengan status Pulau Jawa sebagai pusat perekonomian yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB negara sebesar 56%.
Sumber: https://www.startsmeup.id/2024/04/umkm-di-indonesia-menjamur-65.html
0 comments:
Post a Comment