Strategi Pemerintah Mendorong UMKM Go Digital & Go Global
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
mengatakan pemerintah terus berupaya dalam melakukan perbaikan serta
peningkatan efektivitas dalam penanganan COVID-19. Dengan begitu
diharapkan kondisi ekonomi RI bisa kembali pulih.
Menurutnya,
permintaan domestik terus naik sehingga mendorong peningkatan aktivitas
produksi di berbagai sektor usaha. Selain itu, permintaan global juga
semakin pulih, yang diikuti dengan kenaikan harga komoditas sehingga
membuat neraca perdagangan mengalami surplus secara konsisten. Surplus
neraca perdagangan tersebut dinilainya mendorong neraca pembayaran
mengalami surplus. Selain itu, dari sisi investasi juga terjadi
peningkatan.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan di masa pandemi
COVID-19, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor
yang terdampak secara negatif. Kendati demikian, terdapat akselerasi
pemanfaatan teknologi digital serta meningkatnya keterlibatan UMKM dalam
pasar digital.
Oleh karena itu, dalam rangka mendukung UMKM
menghadapi dampak pandemi COVID-19, Pemerintah telah mengeluarkan
bantuan insentif fiskal dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Diungkapkannya pada 2020, realisasi dukungan untuk UMKM telah mencapai
Rp 112,26 triliun. Alokasi anggaran tersebut disebutnya terus berkembang
dengan mempertimbangkan fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Kini di tahun
2021, anggaran yang disediakan bagi UMKM dan korporasi naik menjadi Rp
171,77 triliun.
"Sebagaimana yang telah kita pahami bersama, UMKM
merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Jumlah UMKM
saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar
61,07% atau senilai Rp 8.573,89 triliun," ujar Airlangga dalam
keterangan tertulis, Jumat (30/7/2021).
Saat menghadiri Event
Digital Tribun Webinar bertema 'Solusi Bisnis Andalan Kita: dari Lokal
menjadi Global, Tingkatkan Potensi Usaha Kecil Indonesia di Pasar
Global', pada Kamis (29/7) di Jakarta, Airlangga menyebut UMKM mampu
menyerap 97% dari total tenaga kerja serta dapat menghimpun hingga
60,42% dari total investasi.
Namun demikian, kemampuan ekspor
UMKM masih terbatas, yakni sekitar 14,37% dari total ekspor serta
pemanfaatan e-commerce juga masih rendah yaitu sekitar 21%. Ia
menjelaskan, berdasarkan data eksportir tahun 2020, terdapat eksportir
UKM sebanyak 12.234 perusahaan atau 83,3% dari total eksportir dengan
nilai ekspor sebesar USD 5,3 miliar. Secara umum, potensi ekspor UMKM
masih didominasi oleh produk-produk seperti aksesoris, batik, kriya,
fashion, serta makanan dan minuman olahan.
Meski UMKM siap
melakukan ekspor, namun ia menilai terdapat sejumlah kendala yang kerap
dihadapi, di antaranya minimnya pengetahuan pasar luar negeri,
konsistensi kualitas dan kapasitas produk, sertifikasi, hingga kendala
logistik.
"Pemerintah terus berupaya untuk membantu UMKM agar
dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Kementerian, Lembaga dan para
pihak terkait lainnya telah meluncurkan Program Penciptaan 500 ribu
Eksportir Baru hingga tahun 2030," tandasnya.
Selain itu, lanjut
dia, pemerintah juga telah meluncurkan program Gerakan Nasional Bangga
Buatan Indonesia (Gernas BBI) untuk mendorong digitalisasi (onboarding)
bagi UMKM offline serta mendorong national branding produk UMKM unggulan
pada berbagai marketplace. Gerakan ini diharapkan dapat meningkatkan
ekspor produk UMKM.
Ia mengungkapkan, pemerintah juga menyambut
baik terhadap seluruh upaya untuk meningkatkan kemampuan UMKM menembus
pasar global seperti:
1. "Kreasi Nusantara, From Local to Global" yang memfasilitasi penjualan produk lokal ke Malaysia dan Singapura;
2.
"BukaGlobal" yang memfasilitasi pembelian produk lokal oleh para
customer dari Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, dan Taiwan; dan
3. "ASEAN Online Sale Day" yang bertujuan meningkatkan transaksi lintas batas e-commerce di kawasan Asia Tenggara.
Tidak
hanya itu, menurut Airlangga pihaknya juga telah menugaskan secara
khusus kepada LPEI/Eximbank untuk mendukung pembiayaan ekspor bagi UKM
yang berorientasi ekspor. Adapun alokasi penyaluran biaya oleh
LPEI/Eximbank yaitu mencapai Rp 500 miliar.
Dalam UU Cipta Kerja,
lanjut dia, pelaku UKM saat ini juga didorong untuk memanfaatkan
peluang kemitraan dengan usaha besar. Dalam hal ini, pemerintah
memfasilitasi kemitraan Usaha Menengah dan Besar (UMB) dengan Usaha
Mikro dan Kecil (UMK) termasuk Koperasi, yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi dan level usaha dari pelaku UMK dan Koperasi.
"Pemerintah
telah memberikan dukungan kebijakan bagi pelaku usaha untuk melakukan
ekspansi global. Berbagai upaya dan program peningkatan ekspor UMKM yang
telah diinisiasi oleh Pemerintah dengan dukungan pihak swasta tersebut
perlu terus diperkuat dan disinergikan oleh berbagai pihak," pungkasnya.
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5662584/strategi-pemerintah-mendorong-umkm-go-digital--go-global
0 comments:
Post a Comment