Digitalisasi UMKM Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi RI Pasca COVID-19
Jakarta - Kehadiran consumer-focused platforms atau platform yang
berfokus pada konsumen di Indonesia, seperti Gojek, Tokopedia, dan
Traveloka telah membuka peluang besar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) di Indonesia untuk bertumbuh. Namun terdapat sejumlah
tantangan yang dihadapi sektor UMKM.
Perusahaan dana modal ventura
atau venture capital (VC) terkemuka yang berfokus pada investasi
start-up di tahap awal, AC Ventures meyakini, teknologi dapat menjadi
solusi dalam membantu menciptakan nilai tambah dan dampak yang sangat
besar untuk sektor UMKM, sekaligus menjadi peluang bagi pemain bisnis
teknologi maupun investor jika mereka mampu menjembatani tantangan ini.
"Pemanfaatan
platform berbasis teknologi dapat menekan biaya operasional menjadi
lebih rendah, efisiensi yang lebih besar, hingga volume penjualan yang
lebih tinggi," ujar Co-Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian
Li, belum lama ini.
Adrian melihat, peluang yang ada tidak hanya
terbatas pada kemampuan pemain bisnis untuk memberikan solusi bagi
UMKM, melainkan dapat pula membantu pelaku bisnis untuk memasuki pasar
konsumen Indonesia melalui UMKM ini. Karena meskipun pertumbuhan daring
sangat besar, namun sebagian besar penjualan masih dilakukan secara
luring, terutama di saluran tradisional.
"Sayangnya, rantai
pasokan yang menghubungkan jutaan pengecer ini ke prinsipal dan
distributor sangat terfragmentasi sehingga menimbulkan banyak masalah
bagi pengecer,"jelasnya.
Menurut Adrian, terdapat dua hambatan
utama bagi UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Pertama, UMKM umumnya
tidak dianggap layak kredit oleh bank karena mereka biasanya tidak
memiliki aset yang dapat digunakan untuk agunan. Kedua, cabang bank
sangat terbatas di kota-kota tier-2 dan tier-3 yang mempersulit UMKM
bahkan untuk mengajukan pembiayaan.
"Indonesia telah melihat
banyak pemain FinTech mencoba mengatasi masalah ini. Namun, bahkan
dengan pemberi pinjaman teknologi finansial, ada sedikit informasi untuk
memahami kesehatan keuangan calon peminjam. Alhasil, data OJK pada 2020
menunjukkan, perusahaan fintech lending hanya mengucurkan total US$5,0
miliar pada 2020. Jumlah ini masih jauh dari mengatasi gap pembiayaan,"
papar Adrian.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM
adalah mesin pertumbuhan bagi perekonomian Indonesia. Terdapat lebih
dari 60 juta UMKM terdaftar, dan menyumbang sekitar 61% dari PDB negara.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 merilis, kategori
besar ini telah mempekerjakan lebih dari 116 juta orang atau setara
dengan 97% angkatan kerja Indonesia.
Kontribusi dan signifikansi
UMKM terhadap perekonomian Indonesia jauh lebih besar dibandingkan
dengan perekonomian besar lain, seperti India yang hanya menyumbang 30%
dari PDB.
"Ini sekaligus merupakan salah satu alasan mengapa
usaha teknologi yang berfokus pada UMKM di Indonesia dapat muncul
sebagai bisnis yang bahkan lebih berharga daripada di pasar negara
berkembang lain yang lebih matang," tambahnya.
AC Ventures
sendiri telah melakukan analisis terhadap peluang-peluang tersebut, dan
sejauh ini telah berinvestasi kepada empat start-up yang dinilai mampu
menjembatani masing-masing masalah yang dihadapi UMKM seperti startup
marketplace Ula, startup fintech BukuWarung, startup startup food
technology ESB, serta startup yang menyediakan perangkat digital lengkap
untuk UMKM seperti Majoo.
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5665615/digitalisasi-umkm-jadi-kunci-pemulihan-ekonomi-ri-pasca-covid-19
0 comments:
Post a Comment