Jakarta - Hasil survei aktivitas bisnis UMKM pada kuartal I-2021 mengindikasikan kegiatan usaha UMKM semakin membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini tercermin pada BRI Micro & SME Index (BMSI) yang meningkat dari 81,5 pada kuartal IV-2020 menjadi 93,0 di kuartal I-2021.
Selain itu, pelaku UMKM makin optimis terhadap prospek usahanya di kuartal II-2021 yang ditunjukkan oleh indeks ekspektasi BMSI yang naik signifikan ke 128,0 dari 105,4 di kuartal sebelumnya. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Bank BRI Sunarso pada kegiatan BRI Microfinance Outlook 2021 yang mengambil tema 'Adapting Through Innovation & Synergy' dan diadakan secara virtual kemarin.
Sunarso mengungkapkan BMSI ini merupakan survei yang menilai pelaku UMKM atas aktivitasnya, terdiri atas indeks aktivitas bisnis (IAB) untuk melihat situasi sekarang dan juga situasi tiga bulan yang akan datang.
"BMSI ini telah diluncurkan pada November 2020 lalu dan dilakukan secara kuartalan untuk mengukur aktivitas bisnis UMKM sekaligus bentuk kepedulian BRI tehadap aktivitas UMKM Indonesia," terang Sunarso dalam keterangan tertulis, Kamis (29/4/2021).
Lebih lanjut Sunarso mengungkapkan kenaikan BMSI kuartal I-2021 disebabkan oleh empat faktor. Pertama, meningkatnya kembali aktivitas masyarakat di luar rumah seiring dengan melandainya kasus infeksi baru COVID-19 dan program vaksinasi yang terus meluas.
Kedua, terjadinya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan selama perayaan Imlek, serta antisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Ketiga, faktor musiman panen raya tanaman bahan makanan dan kenaikan harga beberapa komoditas hasil perkebunan. Keempat, relaksasi kebijakan makroprudential sektor properti yang menguntungkan sektor konstruksi.
Dilihat dari komponen penyusunnya, kenaikan BMSI pada kuartal I-2021 ditopang oleh kenaikan volume produksi dan harga jual, sehingga mendongkrak nilai penjualan. Selanjutnya kenaikan volume produksi mendorong peningkatan volume pemesanan dan persediaan barang input serta persediaan barang jadi.
"Sementara itu, komponen penggunaan tenaga kerja dan investasi hanya mengalami sedikit perbaikan. Tampaknya pelaku UMKM cenderung mengoptimalkan terlebih dahulu tenaga kerja dan kapasitas yang ada sebelum melakukan penambahan karyawan dan ekspansi usaha," ujarnya.
Sedangkan dari sisi sektoral, BMSI semua sektor mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, walaupun indeksnya masih di bawah 100. Hal ini mengindikasikan pada kuartal I-2021 aktivitas usaha sebagian besar UMKM di semua sektor masih menurun, namun porsi usaha UMKM yang menurun lebih sedikit dibandingkan kuartal sebelumnya.
Nilai BMSI tertinggi dari sektor pertanian (99,1), diikuti sektor industri pengolahan (94,6), dan sektor pertambangan (94,0). Sedangkan kenaikan BMSI tertinggi terjadi pada sektor hotel dan restoran, ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di luar rumah termasuk yang berkunjung ke gerai makan atau restoran.
Selanjutnya, kenaikan BMSI sektor pertanian berhubungan dengan masa panen raya tanaman bahan makanan di beberapa sentra produksi dan kenaikan harga beberapa komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, kopi, coklat dan lain-lain. Kenaikan BMSI sektor industri pengolahan dan perdagangan didorong oleh peningkatan permintaan selama Libur Imlek dan antisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idulfitri.
Di sisi lain, relaksasi makroprudensial berupa penurunan uang muka KPR rumah hunian dan pembebasan PPN selama bulan Maret-Agustus 2021 diperkirakan akan memberikan dampak yang positif bagi sektor konstruksi.
Semakin membaiknya aktivitas usaha UMKM juga terlihat secara regional. Ada 10 provinsi yang berada dalam zona optimis (BMSI > 100), yaitu Sultra, Malut, Kalbar, Riau, Bengkulu, Babel, Sulut, Sulteng, Kalsel, dan Maluku. Sebagai catatan, pada survei pada kuartal sebelumnya, aktivitas usaha UMKM seluruh provinsi berada dalam zona pesimis.
Seiring dengan kenaikan BMSI, optimisme pelaku UMKM tetap terjaga dan semakin meningkat. Hal ini tercermin pada indeks ekspektasi BMSI yang tetap bertengger di atas 100 dan meningkat signifkan menjadi 128,0 pada kuartal I-2021 dari 105,4 pada kuartal sebelumnya.
"Ini menunjukkan mayoritas pelaku UMKM makin optimis aktivitas usahanya akan semakin baik pada kuartal II-2021. Peningkatan optimisme ini didorong oleh ekspektasi kenaikan volume produksi dan penjualan yang biasanya meningkat signifikan pada bulan puasa," ujarnya.
"Optimisme ini diperkuat dengan kasus infeksi baru COVID-19 yang melandai dan vaksinasi yang makin meluas membuat aktivitas masyarakat di luar rumah meningkat dan memperbesar peluang kenaikan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa selama bulan Ramadhan," imbuhnya.
Sejalan dengan kenaikan BMSI dan ekspektasinya, persepsi pelaku UMKM terhadap perekonomian secara umum juga meningkat. Hal ini tercermin pada Indeks Sentimen Bisnis (ISB) pelaku UMKM yang meningkat ke 115,5 pada kuartal I-2021 dari 90,2 pada kuartal sebelumnya.
ISB di atas 100 berarti pada kuartal I-2021 mayoritas pelaku UMKM memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kondisi perekonomian secara umum, sektor usaha dan usahanya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Kedua komponen penyusun ISB, yaitu Indeks Situasi Sekarang (ISS, yang menggambarkan persepsi pelaku UMKM terhadap kondisi saat ini) dan Indeks Ekspektasi (IE, yang menggambarkan prediksi 3 bulan mendatang), sama-sama mengalami kenaikan yang signifikan.
ISB tertinggi dan kenaikan tertinggi dicatat oleh sektor konstruksi. Relaksasi makroprudensial berupa penurunan uang muka rumah hunian 0% dan pembebasan PPN selama bulan Maret-Agustus 2021 memunculkan ekspektasi kenaikan permintaan rumah hunian sehingga akan berdampak positif terhadap kinerja usaha responden maupun sektor konstruksi dan perekonomian secara keseluruhan.
Lebih lanjut, konsisten dengan BMSI dan ISB yang membaik, penilaian pelaku UMKM terhadap kemampuan Pemerintah menjalankan tugas utamanya tetap baik dan turut meningkat. Hal ini terlihat pada meningkatnya indeks kepercayaan pelaku usaha (IKP) UMKM kepada pemerintah pada kuartal I-2021 ke level 139,8 dari level 136,3 di kuartal sebelumnya.
IKP di atas batas 100 menandakan bahwa pelaku UMKM percaya pada kemampuan pemerintah menjalankan tugas dan kewajibannya. Kenaikan komponen IKP kuartal I-2021 tertinggi terjadi pada indikator keyakinan yang mengukur kemampuan pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Pelaku UMKM tampaknya semakin yakin bahwa ekonomi domestik akan berangsur pulih seiring dengan upaya pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah, di antaranya melalui program vaksinasi nasional serta kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif," ujarnya.
Selain itu rencana pemerintah yang akan terus membantu pemulihan sektor UMKM melalui kelanjutan PEN 2021 juga turut menambah keyakinan tersebut. Sunarso mengungkapkan pada riset kali ini ada temuan yang menarik yaitu realisasi investasi ternyata berkorelasi positif (87,2%) dengan BMSI.
"Hal ini artinya daerah yang kegiatan investasinya relatif besar cenderung memiliki aktivitas usaha UMKM (BMSI) yang relatif tinggi. Keberadaan proyek infrastruktur pemerintah memberikan dampak yang positif terhadap kegiatan usaha UMKM di sekitarnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, survei Kegiatan Usaha dan Sentimen Bisnis UMKM Bank Rakyat Indonesia memiliki sampel sebanyak 5.588 responden perusahaan UMKM yang tersebar di semua sektor ekonomi dan di seluruh wilayah Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified systematic random sampling, sehingga dapat merepresentasikan sektor usaha, provinsi dan skala usaha.
Survei ini dilakukan oleh BRI Research Institute pada tanggal 17 Maret-9 April 2021. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan pengawasan mutu yang ketat sehingga data yang terkumpul valid dan reliable. Informasi yang dikumpulkan dalam survei ini adalah persepsi pelaku usaha UMKM terhadap perkembangan dan prospek perekonomian secara umum, sektor usaha responden serta perkembangan dan proyeksi kinerja usaha responden.
Informasi ini digunakan untuk menyusun Indeks Aktivitas Bisnis (IAB), Indeks Sentimen Bisnis (ISB) serta Indeks Kepercayaan Pelaku (IKP) usaha UMKM kepada pemerintah. Indeks-indeks ini melengkapi indeks serupa yang disusun oleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dimana survei-nya dilakukan terhadap pelaku usaha kategori menengah dan besar.
Di samping itu, dikumpulkan informasi mengenai kondisi usaha responden untuk keperluan monitoring dan sekaligus menjadi early warning system (EWS) terhadap keberlangsungan usaha debitur UMKM. Dalam survei ini responden menjawab sejumlah pertanyaan yang mana untuk setiap pertanyaan responden dapat memberikan jawaban positif (Lebih Tinggi atau Lebih Baik), jawaban negatif (Lebih Rendah atau Lebih Buruk), dan jawaban netral (Sama Saja atau Tetap).
Indeks difusi dihitung dari selisih persentase jawaban positif dengan persentase jawaban negatif ditambah 100. Dalam hal ini jawaban netral diabaikan. Nilai tengah indeks difusi adalah 100, dan rentang indeks difusi akan berada pada kisaran nol sampai dengan 200. Jika semua responden memberikan jawaban negatif, maka indeks difusi akan bernilai nol.
Sebaliknya jika semua responden memberikan jawaban positif, maka indeks difusi akan bernilai 200. Indeks difusi di atas 100 menunjukkan bahwa jawaban positif melebihi jawaban negatif. Sebaliknya indeks difusi di bawah 100 mengindikasikan jawaban negatif lebih banyak dibandingkan dengan jawaban positif.
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5550709/survei-bri-sebut-bisnis-umkm-semakin-naik-di-kuartal-i-2021-ini-buktinya
Selain itu, pelaku UMKM makin optimis terhadap prospek usahanya di kuartal II-2021 yang ditunjukkan oleh indeks ekspektasi BMSI yang naik signifikan ke 128,0 dari 105,4 di kuartal sebelumnya. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Bank BRI Sunarso pada kegiatan BRI Microfinance Outlook 2021 yang mengambil tema 'Adapting Through Innovation & Synergy' dan diadakan secara virtual kemarin.
Sunarso mengungkapkan BMSI ini merupakan survei yang menilai pelaku UMKM atas aktivitasnya, terdiri atas indeks aktivitas bisnis (IAB) untuk melihat situasi sekarang dan juga situasi tiga bulan yang akan datang.
"BMSI ini telah diluncurkan pada November 2020 lalu dan dilakukan secara kuartalan untuk mengukur aktivitas bisnis UMKM sekaligus bentuk kepedulian BRI tehadap aktivitas UMKM Indonesia," terang Sunarso dalam keterangan tertulis, Kamis (29/4/2021).
Lebih lanjut Sunarso mengungkapkan kenaikan BMSI kuartal I-2021 disebabkan oleh empat faktor. Pertama, meningkatnya kembali aktivitas masyarakat di luar rumah seiring dengan melandainya kasus infeksi baru COVID-19 dan program vaksinasi yang terus meluas.
Kedua, terjadinya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan selama perayaan Imlek, serta antisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Ketiga, faktor musiman panen raya tanaman bahan makanan dan kenaikan harga beberapa komoditas hasil perkebunan. Keempat, relaksasi kebijakan makroprudential sektor properti yang menguntungkan sektor konstruksi.
Dilihat dari komponen penyusunnya, kenaikan BMSI pada kuartal I-2021 ditopang oleh kenaikan volume produksi dan harga jual, sehingga mendongkrak nilai penjualan. Selanjutnya kenaikan volume produksi mendorong peningkatan volume pemesanan dan persediaan barang input serta persediaan barang jadi.
"Sementara itu, komponen penggunaan tenaga kerja dan investasi hanya mengalami sedikit perbaikan. Tampaknya pelaku UMKM cenderung mengoptimalkan terlebih dahulu tenaga kerja dan kapasitas yang ada sebelum melakukan penambahan karyawan dan ekspansi usaha," ujarnya.
Sedangkan dari sisi sektoral, BMSI semua sektor mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, walaupun indeksnya masih di bawah 100. Hal ini mengindikasikan pada kuartal I-2021 aktivitas usaha sebagian besar UMKM di semua sektor masih menurun, namun porsi usaha UMKM yang menurun lebih sedikit dibandingkan kuartal sebelumnya.
Nilai BMSI tertinggi dari sektor pertanian (99,1), diikuti sektor industri pengolahan (94,6), dan sektor pertambangan (94,0). Sedangkan kenaikan BMSI tertinggi terjadi pada sektor hotel dan restoran, ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di luar rumah termasuk yang berkunjung ke gerai makan atau restoran.
Selanjutnya, kenaikan BMSI sektor pertanian berhubungan dengan masa panen raya tanaman bahan makanan di beberapa sentra produksi dan kenaikan harga beberapa komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, kopi, coklat dan lain-lain. Kenaikan BMSI sektor industri pengolahan dan perdagangan didorong oleh peningkatan permintaan selama Libur Imlek dan antisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idulfitri.
Di sisi lain, relaksasi makroprudensial berupa penurunan uang muka KPR rumah hunian dan pembebasan PPN selama bulan Maret-Agustus 2021 diperkirakan akan memberikan dampak yang positif bagi sektor konstruksi.
Semakin membaiknya aktivitas usaha UMKM juga terlihat secara regional. Ada 10 provinsi yang berada dalam zona optimis (BMSI > 100), yaitu Sultra, Malut, Kalbar, Riau, Bengkulu, Babel, Sulut, Sulteng, Kalsel, dan Maluku. Sebagai catatan, pada survei pada kuartal sebelumnya, aktivitas usaha UMKM seluruh provinsi berada dalam zona pesimis.
Seiring dengan kenaikan BMSI, optimisme pelaku UMKM tetap terjaga dan semakin meningkat. Hal ini tercermin pada indeks ekspektasi BMSI yang tetap bertengger di atas 100 dan meningkat signifkan menjadi 128,0 pada kuartal I-2021 dari 105,4 pada kuartal sebelumnya.
"Ini menunjukkan mayoritas pelaku UMKM makin optimis aktivitas usahanya akan semakin baik pada kuartal II-2021. Peningkatan optimisme ini didorong oleh ekspektasi kenaikan volume produksi dan penjualan yang biasanya meningkat signifikan pada bulan puasa," ujarnya.
"Optimisme ini diperkuat dengan kasus infeksi baru COVID-19 yang melandai dan vaksinasi yang makin meluas membuat aktivitas masyarakat di luar rumah meningkat dan memperbesar peluang kenaikan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa selama bulan Ramadhan," imbuhnya.
Sejalan dengan kenaikan BMSI dan ekspektasinya, persepsi pelaku UMKM terhadap perekonomian secara umum juga meningkat. Hal ini tercermin pada Indeks Sentimen Bisnis (ISB) pelaku UMKM yang meningkat ke 115,5 pada kuartal I-2021 dari 90,2 pada kuartal sebelumnya.
ISB di atas 100 berarti pada kuartal I-2021 mayoritas pelaku UMKM memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kondisi perekonomian secara umum, sektor usaha dan usahanya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Kedua komponen penyusun ISB, yaitu Indeks Situasi Sekarang (ISS, yang menggambarkan persepsi pelaku UMKM terhadap kondisi saat ini) dan Indeks Ekspektasi (IE, yang menggambarkan prediksi 3 bulan mendatang), sama-sama mengalami kenaikan yang signifikan.
ISB tertinggi dan kenaikan tertinggi dicatat oleh sektor konstruksi. Relaksasi makroprudensial berupa penurunan uang muka rumah hunian 0% dan pembebasan PPN selama bulan Maret-Agustus 2021 memunculkan ekspektasi kenaikan permintaan rumah hunian sehingga akan berdampak positif terhadap kinerja usaha responden maupun sektor konstruksi dan perekonomian secara keseluruhan.
Lebih lanjut, konsisten dengan BMSI dan ISB yang membaik, penilaian pelaku UMKM terhadap kemampuan Pemerintah menjalankan tugas utamanya tetap baik dan turut meningkat. Hal ini terlihat pada meningkatnya indeks kepercayaan pelaku usaha (IKP) UMKM kepada pemerintah pada kuartal I-2021 ke level 139,8 dari level 136,3 di kuartal sebelumnya.
IKP di atas batas 100 menandakan bahwa pelaku UMKM percaya pada kemampuan pemerintah menjalankan tugas dan kewajibannya. Kenaikan komponen IKP kuartal I-2021 tertinggi terjadi pada indikator keyakinan yang mengukur kemampuan pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Pelaku UMKM tampaknya semakin yakin bahwa ekonomi domestik akan berangsur pulih seiring dengan upaya pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah, di antaranya melalui program vaksinasi nasional serta kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif," ujarnya.
Selain itu rencana pemerintah yang akan terus membantu pemulihan sektor UMKM melalui kelanjutan PEN 2021 juga turut menambah keyakinan tersebut. Sunarso mengungkapkan pada riset kali ini ada temuan yang menarik yaitu realisasi investasi ternyata berkorelasi positif (87,2%) dengan BMSI.
"Hal ini artinya daerah yang kegiatan investasinya relatif besar cenderung memiliki aktivitas usaha UMKM (BMSI) yang relatif tinggi. Keberadaan proyek infrastruktur pemerintah memberikan dampak yang positif terhadap kegiatan usaha UMKM di sekitarnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, survei Kegiatan Usaha dan Sentimen Bisnis UMKM Bank Rakyat Indonesia memiliki sampel sebanyak 5.588 responden perusahaan UMKM yang tersebar di semua sektor ekonomi dan di seluruh wilayah Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified systematic random sampling, sehingga dapat merepresentasikan sektor usaha, provinsi dan skala usaha.
Survei ini dilakukan oleh BRI Research Institute pada tanggal 17 Maret-9 April 2021. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan pengawasan mutu yang ketat sehingga data yang terkumpul valid dan reliable. Informasi yang dikumpulkan dalam survei ini adalah persepsi pelaku usaha UMKM terhadap perkembangan dan prospek perekonomian secara umum, sektor usaha responden serta perkembangan dan proyeksi kinerja usaha responden.
Informasi ini digunakan untuk menyusun Indeks Aktivitas Bisnis (IAB), Indeks Sentimen Bisnis (ISB) serta Indeks Kepercayaan Pelaku (IKP) usaha UMKM kepada pemerintah. Indeks-indeks ini melengkapi indeks serupa yang disusun oleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dimana survei-nya dilakukan terhadap pelaku usaha kategori menengah dan besar.
Di samping itu, dikumpulkan informasi mengenai kondisi usaha responden untuk keperluan monitoring dan sekaligus menjadi early warning system (EWS) terhadap keberlangsungan usaha debitur UMKM. Dalam survei ini responden menjawab sejumlah pertanyaan yang mana untuk setiap pertanyaan responden dapat memberikan jawaban positif (Lebih Tinggi atau Lebih Baik), jawaban negatif (Lebih Rendah atau Lebih Buruk), dan jawaban netral (Sama Saja atau Tetap).
Indeks difusi dihitung dari selisih persentase jawaban positif dengan persentase jawaban negatif ditambah 100. Dalam hal ini jawaban netral diabaikan. Nilai tengah indeks difusi adalah 100, dan rentang indeks difusi akan berada pada kisaran nol sampai dengan 200. Jika semua responden memberikan jawaban negatif, maka indeks difusi akan bernilai nol.
Sebaliknya jika semua responden memberikan jawaban positif, maka indeks difusi akan bernilai 200. Indeks difusi di atas 100 menunjukkan bahwa jawaban positif melebihi jawaban negatif. Sebaliknya indeks difusi di bawah 100 mengindikasikan jawaban negatif lebih banyak dibandingkan dengan jawaban positif.
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5550709/survei-bri-sebut-bisnis-umkm-semakin-naik-di-kuartal-i-2021-ini-buktinya
0 comments:
Post a Comment