Tuesday, January 21, 2020

Canggihnya Sistem Pertanian Tak Lagi Hanya Mimpi, Dosen UNISM Banjarmasin ini Membuktikannya

Canggihnya Sistem Pertanian Tak Lagi Hanya Mimpi, Dosen UNISM Banjarmasin ini Membuktikannya

Canggihnya Sistem Pertanian Tak Lagi Hanya Mimpi, Dosen UNISM Banjarmasin ini Membuktikannya
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - AKTIVITAS petani yang mengontrol pengairan tanaman dari rumah, selama ini hanya impian dan ada di film-film.
Tapi jika pernah terbayang, hal tersebut memang bukanlah perkara mustahil, sebab ilmu pengetahuan membuktikan semua mungkin untuk dibuat.
Adalah Mambang SKom M Kom, dosen Universitas Sari Mulia (UNISM) Banjarmasin, yang menemukan teknologi pengatur pasokan air otomatis untuk lahan pertanian melalui microcontroller yang diberi nama Arduino Uno.


Hasil penelitian microcontroller tersebut terkoneksi dengan jaringan pipa untuk mengambil air dari saluran dan kemudian menyalurkan ke lahan pertanian.

"Penelitian ini juga dibantu oleh anggota tim peneliti Subhan Panji Cipta, MKom," ujar Mambang.
Dijelaskannya, alat ini harus tersambung ke jaringan listrik, sebab semua kontrol menggunakan pasokan listrik.
Microcontroller tersebut juga terkoneksi dengan sistem android.
Saat melakukan ujicoba Mambang mengoneksikannya melalui bluetooth.
"Yang saya pasang di microcontroller bluetooth maka koneksi ke handphone juga melalui bluetooth, bisa juga pakai wifi, maka yang dipasang di microcontroller adalah wifi," lontarnya.
Rancangan utama microcontroller tersebut terdiri dari internet of things (otomatisasi), artificial Intellegence (kecerdasan buatan), dan big data (data besar).

Cara kerjanya, untuk mengatur pasokan air secara otomatis pada tanah lahan pertanian dipasang sensor kelembaban suhu.
Sensor tersebut yang mengatur otomatis pasokan air.
Jika kering air akan masuk otomatis, jika basah pasokan air berhenti juga secara otomatis.

"Air bisa diambil dari manapun. Dari saluran irigasi atau tandon tidak masalah," urainya.

Ia menyebut microcontroller tersebut selain dilengkapi sensor kelembaban tanah, juga mempunyai sensor ketinggian air dan sensor deteksi suhu.
"Setiap sensor yang dihasilkan akan masuke ke sistem database, karena ini sifatnya logika maka yang dimasukan adalah angka. Dari angka-angka ketinggian air dan deteksi suhu bisa dijadikan prediksi untuk pertanian jangka panjang. Disitulah ilmu pengetahuan hadir, mampu memprediksi,” jelasnya.
Alat ini jika dipasang untuk lahan pertanian maka harus menaruh server, lalu diset up ke handphone agar servernya sama.
“Pilihan kontrol jarak jauhnya bisa otomatis bisa manual. Serangkaian ujicoba sudah dilakukan dan berhasil," ungkapnya.
Dijelaskan dosen IT di Sarimulia itu untuk testing dan implementasi prototipe itu memerlukan waktu sekitar enam bulan hingga rampung semua.
Diakui Mambang sejauh ini hasil penilitiannya tidak didaftarkan di Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) karena alat itu sifatnya open source.
"Jadi silakan saja yang mau mengembangkan, kalau untuk di HAKI kan agak sulit. Yang bisa di HAKI kan dari prototype itu hanya rancangan sistem," sebutnya.

Dijelaskan dia, untuk penelitian tersebut menggunakan dana penelitian hibah nasional dari Kemenritekdikti yakni dana Penelitian Dosen Pemula (PDP).
"Rencana mau dikembangkan lagi ke penelitian selanjutnya Ke arah kebermanfaatan bagi masyarakat dengan topik sistem cerdas pengairan," kata Mambang.
Dia berharap, kedepannya bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah mengembangkan prototype ini dimana ini akan menjadi keunggulan dari pemerintah daerah dalam bidang teknologi pertanian.

0 comments:

Post a Comment