Sunday, April 21, 2024

Kejar Target Pembiayaan ke Segmen UMKM, Begini Strategi Fintech P2P Lending

 


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana membuat industri fintech P2P lending menyalurkan 70% pembiayaan ke sektor produktif dan 30% ke sektor konsumtif pada 2028. 

PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran menyampaikan porsi produktif maupun UMKM perusahaan saat ini tercatat telah lebih dari 95%.  Sementara untuk penyaluran pendanaan Akseleran hingga kuartal I-2024 tercatat di angka Rp 700 miliar. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Untuk tahun ini, kami menargetkan penyaluran bisa di angka Rp 3,7 triliun atau naik 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).

Untuk mewujudkan target yang sudah ditetapkan, Akseleran menerapkan sejumlah strategi, seperti salah satunya menjangkau lebih banyak lagi calon penerima pinjaman.

Di samping itu, Akseleran juga berharap kepada OJK agar bisa meningkatkan batas maksimal pendanaan untuk setiap penerima dana yang semula Rp 2 miliar menjadi Rp 10 miliar per penerima pinjaman. Ivan bilang, peningkatan batas maksimal pendanaan ini sudah diusulkan oleh perusahaan, karena menurutnya usaha menengah butuh dana lebih dari Rp 2 miliar.

"Jika dilihat dari definisi usaha menengah di aturan yang ada, usaha yang omset jualan tahunannya sampai Rp 50 miliar per tahun, dan equity-nya sampai Rp 10 miliar tentu working capital support-nya butuh lebih dari Rp 2 miliar dan idealnya di Rp 10 miliar," tuturnya.

Dengan begitu, jika dana ini bisa dinaikkan, maka menurutnya, inklusi keuangan bisa lebih dirasakan oleh usaha menengah karena memiliki dukungan yang lebih maksimal dan optimal.

"Dari sisi industri fintech juga pendanaan produktif untuk UKM jadi meningkat porsinya," ujarnya.

Pemain lain, PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha mengatakan secara akumulatif perusahaan telah menyalurkan modal kerja lebih dari Rp 17,3 triliun kepada lebih dari 2,1 juta pengusaha kecil dan mikro yang tersebar di 72.000 desa di seluruh Indonesia.

Head of Public Relations Amartha Armyn Gita mengatakan untuk mencapai angka tersebut, perusahaan memanfaatkan teknologi risk-profiling sebagai mekanisme credit scoring.

"Teknologi risk profiling ini untuk fasilitasi pengusaha kecil dan mikro dapatkan pembiayaan produktif yang tepat sesuai kebutuhan dan skala bisnis," kata Amryn kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).

Adapun Amartha juga menyediakan tenaga lapangan untuk memastikan pengusaha kecil dan mikro mampu menerapkan manajemen bisnis yang sehat berlandaskan literasi keuangan dan digital yang baik.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyampaikan porsi pembiayaan produktif di industri fintech di Indonesia masih terus mengalami peningkatan, namun belum mencapai target yang diharapkan.

Ketua umum AFPI Entjik S Djafar menyebut, data terbaru dari OJK per Januari 2024 menunjukkan bahwa porsi pembiayaan produktif mencapai 33,65%. Angka ini naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 27,58%.

"Namun, OJK menargetkan porsi pembiayaan produktif di industri fintech dapat mencapai 40% pada akhir tahun 2024," ungkap Entjik kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).

Pada kuartal I-2024, belum ada data resmi mengenai porsi pembiayaan produktif secara spesifik. Tetapi, AFPI optimistis bahwa porsi pembiayaan produktif akan terus meningkat seiring dengan komitmen para pelaku industri dan dukungan dari pemerintah.

AFPI terus berkomitmen untuk meningkatkan pendanaan di sektor produktif sesuai dengan amanah OJK. Upaya-upaya yang AFPI telah lakukan seperti, melakukan inovasi teknologi, meningkatkan literasi keuangan, dan memberikan advokasi ke regulator.

Sumber: https://www.startsmeup.id/2024/04/kejar-target-pembiayaan-ke-segmen-umkm.html


0 comments:

Post a Comment