Warta Ekonomi, Jakarta -
Program Sirius (Sustainability Innovation for Regenerative & Inclusive Purpose), yang didukung oleh 13 pemimpin fintech di kawasan Asia Pasifik, resmi diluncurkan secara perdana untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam masa transisi menuju keberlanjutan yang sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SGDs) PBB.
Program Sirius merupakan sebuah inisiatif pengetahuan yang dipimpin oleh industri yang bertujuan untuk mendukung UMKM yang beroperasi melalui platform digital dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan. Program ini akan mendorong dialog terbuka antar mitra industri yang berpikiran sama untuk saling bertukar ide tentang inovasi keberlanjutan dan berbagi praktik terbaik untuk mendukung UMKM dalam perjalanan keberlanjutan UMKM, membantu transisi UMKM menuju ekonomi rendah karbon, memajukan aksesibilitas UMKM terhadap pembiayaan keberlanjutan, serta mengangkat UMKM dengan peluang pertumbuhan yang baru.
Untuk mendukung UMKM dalam memulai perjalanan keberlanjutan mereka, Gprnt, sebuah inisiatif dari Otoritas Moneter Singapura, akan berkolaborasi dengan Ant International untuk menyediakan solusi pelaporan berbasis teknologi bagi UMKM dalam memulai pengungkapan keberlanjutan yang disederhanakan berdasarkan metrik Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST). Gprnt akan meningkatkan Program SIRIUS dengan berbagi tentang bagaimana UMKM dapat memanfaatkan data dan teknologi dengan lebih baik untuk mendapatkan akses ke peluang bisnis, keuangan, serta supply chain yang berkelanjutan.
Pada saat peluncuran, sejumlah 13 mitra industri dari 11 negara telah berkomitmen untuk menjadi bagian dari Program Sirius: AlipayHK (Hong Kong SAR, Tiongkok), ANEXT Bank (Singapura), Bigpay (Malaysia), bKash (Bangladesh), DANA (Indonesia), GCash (Filipina), Hipay (Mongolia), Kakao Pay (Republik Korea), MPay (Macau SAR, Tiongkok), TNG Digital (Malaysia), TossPay (Republik Korea), TrueMoney (Thailand), dan Zalopay (Vietnam).
Perusahaan dan bisnis saat ini tengah menghadapi persyaratan pelaporan yang semakin meningkat dari regulator, lembaga keuangan, dan mitra supply chain untuk mengungkapkan dan melacak kinerja keberlanjutan mereka. Usaha Kecil Menengah ("UKM") mewakili 90% dari seluruh bisnis dan 50% lapangan kerja di seluruh dunia.
Namun sayangnya, ukurannya yang terbatas membuat UKM tidak memiliki kemampuan dan mekanisme pengumpulan data untuk pelaporan terkait keberlanjutan. UMKM, yang merupakan komponen utama dari supply chain perusahaan besar, menghadapi tantangan yang lebih besar dari kompleksitas lanskap pelaporan, kurangnya sumber daya dan pengetahuan untuk menghasilkan laporan keberlanjutan dasar, serta tingginya biaya untuk menggunakan solusi teknologi dan layanan konsultasi untuk mengembangkan solusi pelaporan keberlanjutan yang efektif.
Dengan adanya perusahaan multinasional yang mulai ingin mengurangi jejak karbon mereka bahkan memperluas ekspektasi ini kepada para pemasok mereka, para pedagang lokal dapat memperoleh keunggulan kompetitif dengan mulai memikirkan aspek keberlanjutan. Terdapat urgensi besar untuk menyerukan upaya dan inovasi kolaboratif antar industri sebagai langkah dalam membantu memfasilitasi UMKM, terutama mereka yang beroperasi di saluran digital, mengatasi bidang-bidang tantangan utama ini.
"Kami selalu berbicara tentang inklusi keuangan dan digital, tetapi inklusi keberlanjutan untuk UMKM menjadi salah satu tantangan yang paling mendesak," ujar Leiming Chen, Chief Sustainability Officer, Ant International yang dikutip di Jakarta, Minggu (31/3/2024).
"Mengingat tingkat kompleksitas akan tugas ini, mulai dari taksonomi dan kerangka kerja tata kelola hingga biaya dan pendidikan, diperlukan upaya kolektif di seluruh sektor publik dan swasta, industri, dan pasar untuk mendorong perubahan ini. Dengan pengalaman kami dalam program keberlanjutan yang dipimpin oleh inovasi dan program UMKM, Ant International dengan bangga berkolaborasi dengan mitra seperti Gprnt, IFC, serta mitra industri lainnya dari Program SIRIUS seperti GCash, untuk membuka peluang bagi UMKM dalam bertransformasi menjadi lebih berkelanjutan," tambahnya.
Sementara itu, Martha Sazon, President and Chief Executive Officer, GCash mengatakan, UMKM adalah tulang punggung dari setiap pertumbuhan ekonomi. Dengan ini, GCash telah menjadi jembatan bagi mereka menuju dunia digital dengan menyediakan perangkat penting - yakni mengubah cara mereka berbisnis. "Kami tetap berkomitmen untuk membantu UMKM Filipina mencapai kemajuan melalui layanan keuangan yang demokratis, terutama dengan akses kredit yang mudah," katanya.
Lebih lanjut, menurut Christina Ongoma, Upstream and Advisory Manager, Financial Institutions Group, East Asia and the Pacific, IFC, UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Asia Pasifik, menyumbang lebih dari 97 persen bisnis dan mempekerjakan lebih dari separuh tenaga kerja. Sementara itu, wilayah Asia Pasifik menyumbang tiga per lima emisi global dari pembangkit listrik dan mencakup banyak negara yang rentan terhadap perubahan iklim.
"Pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan sangat penting, karena tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik bagi semua," paparnya.
Sumber: https://www.startsmeup.id/2024/03/13-bos-dompet-digital-dan-bank-digital.html
0 comments:
Post a Comment