3 Kunci Jaga Ekosistem UMKM: Tingkatkan Nilai Produk, Adaptasi, dan Kolaborasi
Di Indonesia, Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi "juru selamat" untuk pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi.
Dilihat
secara angka, UMKM Indonesia memiliki kontribusi besar dalam penyerapan
tenaga kerja hingga 97% dan mampu menyumbang 61% lebih PDB Tanah Air.
Meskipun
begitu, UMKM tetap perlu mendapatkan dukungan dan dorongan dari
berbagai pihak agar potensi yang ada dapat lebih dimaksimalkan.
Menurut
Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari, salah satu upaya memaksimalkan
potensi UMKM yakni dengan menambah nilai produk yang mereka buat. Dengan
melakukan hal tersebut, pelaku UMKM dapat memikat lebih banyak
konsumen.
Supari menjelaskan, untuk menambah nilai produk, pelaku
UMKM bisa melakukan beberapa langkah simpel, misalnya memperbaiki
packaging, dekorasi toko atau warung, hingga menentukan pemilihan warna
agar terlihat lebih menarik.
“Membangun nilai produk itu tidak bisa untuk keperluan jangka pendek namun harus jangka panjang,” jelas Supari.
Selain
menambah nilai produk, pelaku UMKM juga perlu melakukan adaptasi
terhadap berbagai perubahan zaman dan bisa memanfaatkan kesempatan yang
ada.
Sementara itu, Founder Blueberry Guitar I Wayan Tuges
mengungkapkan hal serupa. Selama membangun bisnis, pemahat gitar ini
selalu memanfaatkan kesempatan yang ada dan tidak pernah berhenti
belajar.
Sebagai seniman gitar ukir asal Bali, Wayan sama sekali
tidak bisa memainkan alat musik tersebut. Ia mengambil peluang dari
kemampuannya memahat dan mengukir gitar. Ia sendiri sudah belajar
memahat sejak masih kanak-kanak.
Pada tahun-tahun awal bisa
dikatakan gitar buatannya tidak sempurna. Butuh waktu hingga 2 tahun
untuk mempelajari secara detail mengenai pembuatan gitar yang baik,
hingga akhirnya produk Blueberry Guitar dapat melenggang ke pasar
global.
“Ya akhirnya setelah dua tahun baru produk gitar saya
siap untuk masuk pasar dunia,” jelas Wayan, yang kini sudah menggeluti
pemahatan alat musik berdawai selama lebih dari 15 tahun.
Adaptasi dan kolaborasi
Poin
yang tidak kalah penting: pelaku usaha juga perlu beradaptasi dan
berkolaborasi dengan berbagai pihak agar mampu mempertahankan ekosistem
bisnis secara berkelanjutan.
Founder Ramupadu Anneke Putri
Purwidyantari mengakui adaptasi membantunya dalam menjalankan bisnisnya.
Ramupadu adalah sirup dan produk pangan fungsional dari bahan-bahan
alami asal Nusantara.
Sebagai contoh, pada masa pandemi seperti
saat ini, banyak orang yang mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat,
sehingga cenderung memilih minuman atau makanan alami untuk memelihara
kesehatan.
Menurut Anneke, perubahan pola konsumsi tersebut
merupakan momentum tepat untuk gencar melakukan edukasi mengenai manfaat
bahan baku alami asli Indonesia yang baik untuk kesehatan.
Jika edukasi berjalan maksimal, kesehatan bisa terjaga dan dapat memberikan efek positif pada ekonomi yang lebih luas.
Anneke
menambahkan, dalam menjalankan bisnis usahanya tidak hanya fokus untuk
men-supply produknya ke hotel, restoran, café, atau ritel saja. Ia juga
memiliki visi memajukan petani dengan menjalin kolaborasi.
“Kami
bekerja sama dengan banyak petani. Kami ingin membantu mereka (petani)
mempunyai pride (kebanggan) lebih tinggi pada produk yang mereka miliki.
Itu cara kami untuk membangun sense of belonging (rasa memiliki),” ujar
Anneka.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Mikro Bank BRI
Supari menambahkan, kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan para
pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka.
Menurutnya, saat
ini sudah banyak instrumen yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM untuk
menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, baik universitas,
kementerian, berbagai lembaga, hingga perbankan.
“Sebenarnya kita
ini punya resources yang luar biasa. Kita punya universitas,
kementerian, lembaga yang konsen terhadap UMKM. UMKM tinggal
memanfaatkan sumber daya yang ada agar dapat tumbuh kembang,” jelas
Supari.
Tak ketinggalan, Founder Batik Kultur Dea Valencia
mengakui kolaborasi dengan berbagai pihak membantunya dalam menjaga
ekosistem bisnisnya.
Berdasarkan pengalaman, Dea yang merupakan,
pengusaha busana berbahan dasar batik asal Semarang menjalin kerja sama
dengan BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk meningkatkan kemampuan
para penjahit yang mayoritas penyandang disabilitas.
“Saya ada
kerja sama dengan BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk memberikan
pelatihan satu tahun kepada para penjahit,” ujarnya.
Kerja sama
tersebut sengaja dijalin karena Dea memiliki cita-cita untuk terus dapat
membuka lowongan pekerjaan bagi banyak orang khususnya mereka para
disabilitas.
Dea percaya dengan meningkatkan kemampuan, para
penjahit bisa menghasilkan produk berkualitas. Efeknya, bisnis makin
berkembang dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru, terutama bagi
para penyandang disabilitas.
“Kalau penjahit sendiri biasanya ada
kelas-kelasnya sesuai kemampuan, soalnya baju itu ada yang jahitnya
gampang dan ada juga yang susah. Biasanya untuk penjahit awal akan
diberikan pekerjaan-pekerjaan yang mudah seperti jahit resleting. Begitu
over time, mereka bisa menguasai teknik menjahit, naik kelas dan naik
pendapatan,” kata Dea.
Wayan, Dea, dan Anneke adalah tiga dari
sekian banyaknya pebisnis inspiratif yang tak pernah berhenti belajar
dan memanfaatkan peluang. Cerita lengkap tiga sosok inspiratif ini bisa
disaksikan di Petualangan Brilian The Series Episode 5 di Kompas TV dan
kanal YouTube Bank BRI.
Petualangan Brilian The Series merupakan program yang mengangkat kisah-kisah inspiratif dari para penggiat UMKM.
Lewat
Petualangan Brilian The Series, Bank BRI melalui para Mantri BRI ingin
membagikan kisah-kisah inspiratif para pelaku pemberdaya usaha mikro dan
ekonomi berbasis kerakyatan yang menjadi garda terdepan penjaga
perekonomian bangsa.
Selain itu, series cerita inspiratif ini
diharapkan dapat menjadi pemicu bagi UMKM di daerah lain untuk bangkit
berinovasi sekaligus mengembangkan potensi lokal yang dimiliki setiap
daerah di Indonesia. Semoga produk UMKM tak hanya menggeliat di skala
nasional, tetapi juga mancanegara.
Sumber : https://m.tribunnews.com/bisnis/2021/08/15/3-kunci-jaga-ekosistem-umkm-tingkatkan-nilai-produk-adaptasi-dan-kolaborasi
0 comments:
Post a Comment