Sunday, June 20, 2021
Mengenal Kokowagayo, Koperasi Kopi Wanita Gayo yang Mendunia
JAKARTA, KOMPAS.com – Aceh memang terkenal akan hasil biji kopi yang menjadi salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia. Namun, ternyata di balik itu semua ada satu koperasi yang dikenal dunia mendukung para petani kopi di Aceh, yakni Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang berada di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Kokowagayo, yang telah malang-melintang di pasar internasional menjadi satu-satunya koperasi wanita di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam organisasi petani kopi wanita internasional berbasis di Peru, Amerika Selatan, yaitu Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino.
Ketua Kokowagayo, Rizkani Melati mengatakan, seluruh anggota koperasi ini diisi oleh petani kopi perempuan, yang berjumlah 409 orang dan mengelola lahan sebanyak 342 hektar (ha). Adapun pangsa pasar Kokowagayo, 70 persen ke AS, 20 persen ke Eropa, dan 10 persen ke Australia.
"Kami menjual green bean (kopi), pasarnya mayoritas sekitar 70 persen ke Amerika Serikat, 20 persen ke Eropa, dan sisanya 10 persen ke Australia dan Asia," kata Rizkani melalui siaran pers Kemenkop UKM, Minggu (20/6/2021).
Rizkani mengungkapkan, saat ini aset Kokowagayo mencapai Rp 8,5 miliar. Kokoagayo juga mampu memproduksi 450.000 ton kopi per tahun. Untuk ekspor, Kokoagayo mampu mengirim sekitar 20 kontainer, atau sekitar 422.400 ton, bagi pasar luar negeri.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bener Meriah, Dailami mengungkapkan, jumlah petani di Bener Meriah mencapai 64.000. Mayoritas lahan kopi di Kabupaten Bener Meriah masih dikelola secara perorangan secara organik. Sehingga tak heran, kopi Gayo asal Bener Meriah mampu menarik pasar dunia.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang melakukan kunjung kerja beberapa waktu lalu mengungkapkan, ada beberapa kendala yang dialami para petani kopi di Aceh Tengah, yakni harga dan kualitas kopi.
"Kokowagayo ini sudah mendunia. Menjadi kebanggaan Indonesia, bahwa ada koperasi wanita kiprahnya diakui secara internasional," ucap Teten.
Menurut dia, saat ini, harga kopi mulai membaik menjadi 6 dollar AS atau setara Rp 86.299 per kilogram (kg) di pasar New York (kurs Rp 14.383 per dollar AS). Sebelumnya harga kopi hanya 5,9 dollar AS atau setara Rp 84.916 per kg.
Di sisi lain, harga kopi gayo cukup mahal yakni 11 dollar AS, atau sekitar Rp 158.270 per kilogram. Menurut Teten, kenaikan harga kopi ini kemungkinan karena produksi dunia yang turun, seperti negara pemasok kopi lainnya, Brazil.
“Ini bisa berimbas pada permintaan kopi Indonesia akan tinggi. Jadi, stok lama di dalam negeri bisa diserap pasar luar negeri," imbuhnya.
Teten mengatakan, di tengah harga komoditas pertanian yang turun saat panen raya, justru kopi melimpah. Maka dari itu Teten mengusulkan, agar tata niaga kopi di Aceh Tengah diperbaiki, misalkan terkait sdtruktur kelembagaan koperasi.
“Saya mengusulkan agar memperkuat koperasi-koperasi di sektor pangan/riil. Karena 59 persen koperasi masih banyak yang bergerak di sektor simpan pinjam," ujar Teten.
Sumber : https://money.kompas.com/read/2021/06/21/074531826/mengenal-kokowagayo-koperasi-kopi-wanita-gayo-yang-mendunia?page=all
0 comments:
Post a Comment