Monday, April 19, 2021

Perlu Kolaborasi Demi Pecahkan Kendala Ekspor UMKM

 


JAKARTA – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki menyebutkan para pelaku UMKM menghadapi sejumlah kendala konservatif yang menghambat kinerja ekspor. Salah satu persoalan utamanya adalah tingkat pengetahuan dan literasi soal pasar luar negeri yang minim.

Menurut Teten, hal itu ditambah lagi dengan problema kualitas produk dan kapasitas produksi yang belum optimal, biaya sertifikasi yang setinggi langit, hingga kendala dalam hal pengiriman atau logistik.

Ia menambahkan, seluruh kendala dan permasalahan itu sudah lama menjadi perbincangan. Guna memecahkannya, Teten meyakini harus ada sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan terkait agar bisa menemukan solusi yang tepat.

"Melalui kolaborasi, saya kira kita bisa bergerak mencari solusi terhadap masalah-masalah itu. Kita bisa mencari dan menemukan solusi secara cepat," tutur Menkop Teten Masduki dalam Konferensi 500K Eksportir Baru bertajuk 'Memacu Ekspor UKM' di Jakarta, Senin (19/4).

Terlebih lagi pada masa pandemi, tantangan UMKM untuk menggencarkan ekspor semakin menjadi-jadi, mulai dari meningkatnya tarif pengiriman barang di kisaran 30–40% serta berkurangnya volume ekspor-impor yang mengakibatkan pengurangan jadwal kapal maupun penerbangan internasional.

"Secara singkat, sistem logistik global saat ini terganggu dan menambah tantangan bagi UMKM," ungkap Teten.

Guna mengatasi sejumlah kendala itu, Teten mengakui Kemenkop UKM sudah menjalin koordinasi bersama sejumlah pihak, salah satunya dengan PT. Garuda Indonesia sebagai upaya menekan biaya logistik.

Tak hanya melalui medium kontainer yang konvensional, Teten juga tengah mengupayakan agar para pelaku UMKM bisa menjadi eksportir melalui sejumlah marketplace yang ada.

"Kita terus mendukung UMKM untuk ekspor tidak hanya melalui kontainer tapi juga platform e-commerce, seperti Amazon dan juga Lazada," ucap Menkop.

Kemudian dalam memberi pendampingan bagi UMKM potensial ekspor, Kemenkop UKM bersama Sekolah Ekspor pun telah merancang kurikulum dan modul pelatihan bagi pelaku usaha agar dapat memahami seluk beluk perdagangan internasional.

"Seperti 2–4 April lalu kami menggelar secara perdana sebanyak 3 kelas luring seri pelatihan bagi pelaku UMKM potensial ekspor di Bandung," kata Menkop.

Melalui diskusi yang ia ikuti, Teten berharap tema 'Memacu Ekspor UKM' bisa berjalan efektif dalam merajut ekosistem pengembangan ekspor UKM di Indonesia. Hal ini akan semakin potensial jika didukung dengan adanya roadmap pengembangan UMKM.

Ia menegaskan, para pemangku kepentingan terkait harus menjaga koordinasi serta membangun sinergi dan kolaborasi untuk bahu membahu meningkatkan daya saing UMKM, khususnya yang berorientasi ekspor.

"Terkait roadmap, perlu saya tegaskan bahwa ini harus segera selesai agar kolaborasi bisa menjadi lebih targeted," imbuh Teten.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Teten menjelaskan nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan 2,61% pada 2020 secara year-on-year. Capaian ekspor Indonesia sepanjang 2020 sendiri tercatat sebesar US$163,31 miliar.

Namun demikian, data BPS maupun Kemendag pada Februari 2021, lanjut Teten, menunjukkan neraca perdagangan Indonesia berhasil surplus US$21,74 miliar dengan sektor terbesar pertanian dan industri pengolahan.

Meskipun kontribusi UMKM terhadap PDB cukup tinggi di angka 60% dan serapan tenaga kerja mencapai 97%, namun Teten menyayangkan andil UMKM pada ekspor masih relatif rendah, yakni di angka 14,3%. Hal ini menunjukkan UMKM Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara APEC.

"Masih tertinggal karena negara APEC sudah mencapai rata-rata kontribusi UMKM terhadap ekspor sebesar 35%," tandasnya.

0 comments:

Post a Comment