Monday, March 16, 2020

Workforce Management System, Solusi Advotics untuk Mendigitalisasi UKM

(Kiri ke Kanan) CEO Advotics Boris Sanjaya, Head of Growth Advotics Venny Septiani, Chief Technology Officer Advotics Hendi Chandi, Chief Product Officer Advotics Jeffry William Tani, dan Channel & Business Development Manager Danone Ardhi Hiang Sawak.

Digitalisasi UKM menjadi salah satu isu penting di Tanah Air saat ini. Hal ini lantaran UKM mengalami pertumbuhan yang pesat dan juga menjadi salah satu industri yang menyumbang PDB dengan angka yang besar.
Merujuk data dari Kementerian Koperasi dan UKM, pada 2018 lalu tercatat ada sebanyak 783.132 usaha kecil dan 60.702 usaha menengah.
Untuk mendukung digitalisasi atau transformasi digital UKM di Indonesia, saat ini banyak startup yang memiliki solusi khusus untuk mambantu UKM dalam melakukan transformasi digital. Seperti Advotics misalnya.
“Sebagai perusahaan yang berdiri dengan misi untuk mengatasi tantangan sebagian besar perusahaan dalam mengelola dan melacak operasional penjualan dan distribusi produk secara manual, Advotics ingin menjadi mitra UKM Indonesia dalam melakukan transformasi digital,” kata Boris Sanjaya selaku Co-founder & CEO Advotics, di CoHive, Plaza Kuningan, Jakarta, Kamis (12/03).
Boris mengatakan bahwa Advotics mampu menyediakan platform berbasis cloud untuk mendigitalkan tenaga kerja, jaringan bisnis, serta aset dan produk fisik milik perusahaan.
“Pemanfaatan teknologi yang tepat sangat memungkinkan UKM untuk meningkatkan produktivitas dan performa bisnis karena sistemnya yang online dan dapat dengan mudah diakses kapan saja,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Venny Septiani selaku Head of Growth Advotics, yang menjelaskan tentang manfaat dari salah satu solusi yang ditawarkan Advotics yakni solusi Workforce Management System.
“Solusi ini telah terbukti berhasil meningkatkan kunjungan tenaga pemasar (salesman) ke toko sebesar 40% dan penjualan hingga 53%,” ucap Venny.
Kemampuan utama dari solusi ini sendiri adalah mengubah data dari aktivitas perdagangan dan pekerjaan offline di lapangan menjadi data berguna yang bisa membantu tim manajemen dalam membuat keputusan bisnis penting seperti penetrasi penjualan, produktivitas, serta strategi penjualan ritel.

“Sebanyak 40% pelanggan Advotics saat ini merupakan mereka yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah, meskipun dari segi jumlah pengguna solusi tentunya berbeda,” kata Venny.
Lebih lanjut, dalam hal ekspansi bisnis UKM, Venny memberi contoh salah satu produsen produk minuman bubuk di Yogyakarta yang menggunakan solusi Advotics yang berhasil meningkatkan jumlah karyawan sales dan merchandiser yang semula berjumlah 20 orang menjadi 60 orang.
“Dengan adaptasi solusi Advotics, UKM tersebut dapat mendigitalkan bisnisnya sehingga mereka juga bisa lebih fokus dalam hal yang strategis seperti akuisisi toko baru, memastikan display barang dan optimalisasi stok produk,” kata Venny.
Klien dari Berbagai Industri
Didirikan pada tahun 2016, Advotics memiliki misi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sebagian besar perusahaan karena masih mengandalkan metode offline dalam mengelola dan melacak operasional penjualan dan distribusi produk.

“Banyaknya dokumen yang harus dikelola secara manual, para pebisnis tersebut menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan rutin, bukan untuk yang bersifat strategis,” cetus Boris.
Saat ini, Advotics telah memiliki klien dari beberapa perusahaan besar seperti ExxonMobil, HM Sampoerna (afiliasi dari Philip Morris International), Danone, Mulia Group, Saint Gobain, Nutrifood, dan Indosurya.
Pertengahan tahun lalu, startup ini juga telah memperoleh pendanaan awal senilai US$2,7 juta (Rp39 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures.
Pendanaan tersebut digunakan Advotics untuk mengembangkan teknologi dan solusi baru untuk pelanggan, serta mempercepat pertumbuhan pengguna.

0 comments:

Post a Comment