Thursday, February 20, 2020

Digitalisasi Program Tol Laut

Tol Laut Sangat Membantu Warga di Kepulauan Togean

Darilaut – Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, Capt Wisnu Handoko mengatakan, melalui ekosistem logistik dan digitalisasi pada program tol laut, dapat terjadi perubahan proses bisnis menjadi lebih baik. Selain itu, cepat dan murah hingga efektif dan efisien untuk tercapainya petumbuhan ekonomi.
Menurut Wisnu setelah ada program tol laut kinerja logistik ini diharapkan dapat memberikan prioritas kesempatan berkembang bagi pengusaha kecil dan membangun kompetisi (market share) bagi Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) yang lain. Mendorong adanya kompetisi dengan melibatkan banyak pelaku usaha, biaya bundling kirim kontainer dibuat transparan dan harga jual bapokting ditingkat supplier transparan.
Kemudian, harga jual bapokting tertinggi pada pelaku usaha 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan) lebih mudah dikontrol, serta booking kontainer (ruang muat) berbasis first book first serve proposional mengantisipasi monopoli.
Selanjutnya, data base consignee, shipper/JPT, supplier, kargo manifest akan diminta secara detail dengan mekanisme registrasi, booking kontainer dan penyampaian informasi akan dilakukan secara digital/online dan terkoneksi transportasi antarmoda dari first mile sampai last mile.
Saat ini Kemenhub dan PT Telkom tengah mengembangkan Sistem Informasi Muatan dan Ruang Kapal berupa Logistic Communication System (LCS) yang memfasilitasi proses bisnis pemesanan, pengiriman kontainer, Transparansi standarisasi biaya logistik dan Disparitas harga bapokting.
Wisnu menyampaikan hal ini saat Sosialisasi Registrasi Jasa Pengurusan Transportasi Anggota ALFI Jawa Timur Dalam Bisnis Tol Laut, Rabu (12/2) pekan lalu.
Sebelum ada program tol laut, terdapat sejumlah kendala kinerja logistik. Antara lain, perdagangan bapokting di 3TP didominasi pelaku usaha tertentu (natural monopoli), memiliki armada kapal atau jaringan pelayaran sendiri dan didukung asset.
Selain itu, modal toko dan gudang bapokting pelaku usaha tertentu, consignee (pelaku usaha 3TP) menggunakan JPT tertentu (natural monopoli), biaya bundling kirim kontainer belum transparan. Harga jual bapokting ditingkat supplier belum transparan, harga jual bapokting ditingkat pelaku usaha 3TP sulit dikendalikan.*

0 comments:

Post a Comment