Thursday, February 27, 2020

Digitalisasi, Langkah Strategis BTN Penuhi Kebutuhan Hunian

Digitalisasi, Langkah Strategis BTN Penuhi Kebutuhan Hunian

JAKARTA - HUJAN lebat yang mengguyur ibu kota sejak kemarin malam membuat beberapa wilayah di Jakarta kebanjiran. Sejumlah warga Jakarta pun dibuat repot, mulai harus mengungsi karena kawasan huniannya terendam banjir, juga harus berjuang keras menerjang banjir agar tetap bisa bekerja.

Salah satunya Jordy Octavianus yang bersikeras menerjang banjir, dengan mengemudikan motornya secara lincah. Meski berpostur besar, dengan helm warna biru bermerek Cargloss dan menggunakan penutup hidung, remaja yang tinggal di kawasan Bintaro itu bisa meliuk-liuk menembus kemacetan ibu kota.

Jordy berhasil menaklukkan ruas jalan Fatmawati hingga Blok M yang terkenal kawasan dengan lalu lintas padat di ibu kota. Berbekal motor Honda Supra lansiran 2011, Jordy sudah tiga bulan bergabung ke perusahaan aplikasi transportasi online Gojek.

"Sekarang hujan tidak bisa diprediksi, bisa turun setiap saat. Macetnya parah, waktu menjadi tak efisien," ujar Jordi saat berbincang dengan SINDOnews, Selasa (25/2/2020).

Meski sudah tiga hari hujan, namun Jordy masih beruntung, rumah orang tuanya di Bintaro tidak kebanjiran. "Sekarang masih tinggal bersama orang tua, bersama tiga saudara lainnya," ungkapnya.

Jordy merupakan sulung dari empat bersaudara. Adik-adiknya masih duduk di bangku sekolah. Jordy sendiri belum genap berusia 24 tahun dan sedang menyelesaikan studinya di STKIP Kusuma Negara, Cijantung. "Inginnya nanti jika sudah bekerja punya rumah sendiri," paparnya.

Bagi Jordy, memiliki hunian sendiri dinilai penting, karena di hunian itulah kelak dia akan membesarkan anak-anaknya. "Sekarang masih fokus menabung, karena beli rumah tentu tidak bisa langsung bayar. Saya tidak akan mampu, harus dicicil," paparnya.

Dia pun mengaku tak akan seterusnya menjadi pengemudi ojek. Ini lantaran penghasilan bulanannya hanya Rp3 jutaan. Itupun penghasilan kotor, belum dipotong biaya bahan bakar minyak (BBM) dan biaya makan. Ditambah lagi, Jordy harus melakukan servis motornya. Alhasil penghasilan bersihnya hanya tak lebih dari Rp1,5 juta per bulan. "Ya tidak cukup untuk mencicil rumah. Sekarang baru cukup untuk membayar biaya kuliah dan ongkos menyusun skripsi," ucapnya.

Meskipun demikian, remaja kelahiran Mei 1996 itu mengaku berusaha untuk terus mengumpulkan uang. Termasuk rencananya untuk melamar ke institusi pendidikan saat dia lulus kelak. "Sekarang masih dalam tahap mencari informasi daerah mana saja yang masih murah," ungkapnya.

Jordy mengaku sangat terbantu dengan digitalisasi yang saat ini telah merambah ke berbagai sektor. Bahkan, di sela-sela kesibukannya, Jordy menggunakan telepon pintarnya untuk mencari informasi beragam jenis pembiayaan dari perbankan dan produk perumahan yang ditawarkan pengembang. "Daripada main game mending mencari informasi rumah dan bagaimana bisa cicil rumah yang murah," ungkapnya.

Dalam kurun lima tahun terakhir, digitalisasi memang masif dilakukan oleh perbankan maupun pengembang perumahan. Di sektor keuangan, digitalisasi perbankan terbukti mampu mendukung peningkatan inklusi keuangan masyarakat.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam kurun 2016 hingga 2019, terdapat peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan sebesar 8,39%. Peningkatan tersebut merupakan hasil kerja keras bersama antara pemerintah, OJK, juga kementerian/lembaga terkait, serta industri jasa keuangan dan para pemangku kepentingan lainnya.

Saat ini, puluhan jutaan orang, terutama pengguna telepon pintar yang memiliki akses internet, yang sebelumnya belum tersentuh sistem keuangan, sudah bisa dijangkau melalui perangkat mobile. Indeks literasi keuangan sudah mencapai 83,60% untuk masyarakat perkotaan, dan 68,49% untuk masyarakat pedesaan.

Era digital telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan keuangan hanya melalui genggaman tangan. Masyarakat yang sudah menjadi nasabah institusi keuangan bisa dengan mudah melakukan transaksi melalui telepon seluler (ponsel) menggunakan berbagai cara mulai dari SMS banking hingga internet banking.

Beragam layanan aplikasi yang dihadirkan perbankan membuat nasabah bisa mengakses layanan dengan leluasa, tanpa harus datang ke kantor cabang. Sehingga masyarakat dimanapun keberadaannya bisa mengakses layanan perbankan dengan mudah.

Peluang inilah yang dimaksimalkan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. atau BTN. Bank yang dikenal fokus dalam pembiayaan perumahan ini terus melakukan inovasi dengan melakukan digitalisasi. Salah satunya dengan membesut BTN Digital Solution, yang hadir untuk memberi kemudahan dan kenyamanan masyarakat dalam memperoleh informasi tentang berbagai pelayanan BTN melalui ponsel.

Tak hanya menghadirkan kemudahan bagi masyarakat, langkah digitalisasi itu juga menghadirkan keuntungan bagi bank pelat merah itu. Pada 2019 lalu, BTN mampu menghadirkan efisiensi Rp150 miliar dengan melakukan digitalisasi dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satunya dengan menerapkan e-learning kepada pegawai yang akan dipromosikan.

Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pembiayaan perumahan dan produk lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan hunian, digitalisasi BTN tersebut dinilai tepat ditengah berkembangnya kebutuhan para generasi milenial terhadap hunian atau perumahan.

"Digitalisasi BTN itu langkah inovatif dan cocok dengan situasi saat ini yang serba digital," tegas Direktur Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit kepada SINDOnews.

Dia menilai, BTN memiliki pengalaman panjang dan sudah teruji dalam pembiayaan perumahan. Tak hanya itu, Panangian menilai, BTN juga memiliki beragam infrastruktur yang menjadi kelebihan bank itu untuk membantu masyarakat memiliki hunian.

"Siapa yang bisa kalahkan BTN soal pembiayaan perumahan? Soal perumahan BTN memang pemimpin pasarnya, nah sekarang tinggal bagaimana manajemennya memanfaatkan secara maksimal infrastruktur dan kelebihan lainnya yang dimiliki," tuturnya.

Tak hanya memberikan pembiayaan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) saja, lanjut dia, tetapi juga pembiayaan untuk para generasi milenial yang jumlahnya terus bertambah.

Sinergi dan Kolaborasi
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau hunian bagi masyarakat termasuk generasi milenial, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Sebab, pemenuhan kebutuhan hunian tidak hanya tugas pemerintah atau perbankan saja, tetapi seluruh stakeholder.

"BTN tidak bisa sendirian, harus ada kerjasama dengan pengembang. Sekarang pengembang pun sudah banyak yang sadar pentingnya rumah yang murah sehingga semua bisa beli," cetusnya.

Panangian menilai, digitalisasi merupakan salah satu alat untuk mempercepat proses yang dibutuhkan masyarakat dalam mengakses segala hal dalam terkait dengan perumahan. Yang paling penting, kata dia, adalah sinergi dan kolaborasi para stakeholder sehingga pemenuhan kebutuhan rumah masyarakat bisa dilakukan secara cepat.

Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menegaskan, para anggota REI akan terus memperkuat hubungan baik dengan para pemangku kepentingan di sektor perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat. Termasuk sinergi dengan perbankan, mengingat sebagian besar pembelian rumah dilakukan secara kredit.

"Kami akan koordinasi dengan Bank Indonesia dan OJK mengenai formula yang tepat bagi masyarakat termasuk para milenial agar bankable," tegasnya.

Sinergi dan kolaborasi dengan lembaga keuangan dinilai penting untuk memperkuat pembiayaan perumahan. Apalagi, untuk program perumahan MBR, dana yang tersedia untuk 2020 tersisa sekitar Rp9 triliun. Jumlah itu hanya cukup untuk membiayai sekitar 90 ribu unit rumah MBR. Belum lagi kebutuhan hunian bagi milenial yang juga besar.

Kekurangan pasokan (backlog) perumahan menjadi fokus REI yang terus diupayakan untuk bisa ditekan. Untuk menekan backlog, kata Totok, REI mengusulkan pemangkasan regulasi yang menghambat.

Senior Director Ciputra Group Artadinata Djangkar menilai, peran perbankan dibutuhkan oleh masyarakat yang ingin memiliki hunian. Sebab, sebagian masyarakat lebih memilih untuk membeli hunian secara kredit dengan jangka waktu yang panjang. "Semua bank termasuk BTN tentu memiliki kelebihan yang ditawarkan kepada masyarakat," ujarnya.

Artadinata menilai, kebutuhan akan hunian terus meningkat setiap tahun, sementara lahan yang dekat dengan pusat kota kian terbatas. Sehingga, para pengembang memilih mengembangkan superblok yang berisi hunian vertikal jenis apartemen. Ciputra Grup sendiri, mengembangkan apartemen yang menyasar kalangan milenial di Jakarta Timur, mengingat segmen tersebut sebagai pasar potensial sejak lima tahun terakhir.

Sementara itu, Direktur Utama BTN Pahala N. Mansury menilai, pihaknya melihat potensi besar dari generasi milenial yang belum memiliki rumah di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya setara dengan 31% dari jumlah populasi di Indonesia.

Pahala menegaskan, sebagai pemimpin pasar KPR di Tanah Air, BTN terus berinovasi untuk menyediakan hunian yang mudah diakses dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

"Kami berinovasi dengan menyajikan aplikasi BTN Properti Mobile yang memberikan berbagai kemudahan berbasis teknologi bagi generasi milenial," tegas Pahala di arena Indonesia Property Expo (IPEX) 2020, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam melakukan pembiayaan perumahan, BTN juga memiliki cita-cita untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan kebutuhan perumahaan bagi seluruh lapisan masyarakat. BTN sendiri, sudah menggelontorkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) senilai Rp195 triliun. Sebesar Rp111 triliun untuk pembiayaan rumah subsidi dan sisanya non subsisi. Besarnya plafon kredit itu menjadi salah satu bukti BTN fokus pada penyediaan perumahan bagi masyarakat Indonesia.

Menciptakan ekosistem digital di sektor perumahan yang kompleks tentunya membutuhkan persiapan dan anggraan yang besar. Karenanya, BTN menganggarkan investasi sekitar setengah triliun rupiah.

Menurut Direktur Operation, IT dan Digital Banking BTN Andi Nirwoto dana sebesar itu untuk memperkuat infrastruktur teknologi informasi (TI). Sebab, digitalisasi yang dilakukan tidak sekadar memberikan akses KPR kepada end user saja, tetapi juga sistem yang bisa diakses dan melibatkan para stakeholder didalamnya. Misalnya untuk masalah perpajakan, akses legalitas jual beli rumah termasuk akses kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Selain itu, layanan digital BTN juga dilengkapi dengan layanan kekinian. Misalnya, calon pembeli rumah bisa melihat hunian yang diincarnya maupun suasana lingkungan disekitarnya melalui aplikasi mobile BTN.

Agar pemenuhan kebutuhan perumahan masyarakat bisa terlaksana dengan lancar sesuai dengan cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo, selain memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat, tentunya perlu digencarkan edukasi. Khususnya generasi milenial yang cenderung konsumtif, bahwa pendapatan yang mereka miliki tidak hanya digunakan untuk kebutuhan konsumstif saja, tetapi juga diperlukan dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama yakni hunian.

Sebab, tanpa kesadaran dari masyarakat khususnya generasi milenial untuk memiliki hunian, sebesar apapun dukungan perbankan, pengembang dan pemerintah maka pemenuhan kebutuhan perumahan tetap akan menghadapi tantangan.

0 comments:

Post a Comment