Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti digitalisasi UKM didasari gencarnya ajakan perusahaan platform seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Blibli pada BRIN.
Penelitian yang dilakukan yakni kualitatif mengenai digitalisasi UKM di Indonesia. Selain itu menyatukan sekelompok sarjana dari berbagai disiplin ilmu mengenai isu ekonomi digital yang banyak diperdebatkan, dan menyelidiki tidak hanya e-commerce, tetapi juga jenis digitalisasi lainnya seperti e-bisnis dan otomatisasi.
Hasil penelitian dikemas dalam sebuah buku bertajuk "The Digitalization of Indonesian Small and Medium Enterprises: Human Capital, Inclusivity, and Platform Capitalism". Peluncuran buku dilakukan dalam sebuah diskusi di kantor BRIN, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (2/5/2024).
"Waktu awal, perusahaan platform seperti Tokped, Shopee, Bukalapak, Blibli, gencar mengajak. Kalau mereka yang bikin nggak dianggap serius," ujar Ikbal Maulana, peneliti BRIN sekaligus editor buku "The Digitalization of Indonesian Small and Medium Enterprises: Human Capital, Inclusivity, and Platform Capitalism" kepada detikEdu.
Menurut Ikbal, tujuan penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran persoalan kepada pemerintah agar menjadi dasar kebijakan. Selain itu untuk memicu riset berikutnya untuk memantau perubahan yang terjadi.
Di tempat yang sama, Trina Fizzany, editor buku, yang juga Kepala Pusat Riset Pendidikan Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN, mengatakan BRIN memberikan 3 saran kepada pemerintah atas digitalisasi UKM.
Pertama, digitalisasi itu penting karena untuk merespons perubahan. Namun itu tidak cukup. Perlu disiapkan talenta UKM yang mempunyai kemampuan digital, dapat mengoperasionalkan dengan baik teknologi digital, dan terhubung jejaring dengan data.
Kedua, diperlukan pengembangan kemampuan inovasi. UKM nantinya akan banyak bertemu dengan aktor di luar Indonesia, jadi perlu kemampuan menghasilkan inovasi produk berkualitas, proses lebih baik, dan mampu menciptakan nilai tambah.
Ketiga, diperlukan talenta UKM. Perlu didesain sebuah pengembangan talenta digital yang disesuaikan dengan tahap pengembangan digital UKM. Hal itu juga harus melihat perspektif demografi.
"Pendekatan ini agar efektif, sebaiknya pemerintah menggandeng para businessman sebagai mentoring, jadi tidak teoritis sifatnya," kata Trina.
Sedangkan Asisten Deputi Koperasi dan UMKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Herfan Brilianto Mursabdo, mengatakan, ada data analitik untuk memantau UMKM. Namun yang mendapatkan pengembangan dan training, hanya UMKM itu saja, tidak ada yang lain.
Sementara itu, lewat daring, Siwage Dharma Negara, Senior Fellow, Institute of Southeast Asian Studies atau ISEAS Yusof Ishak Institute Singapore mengatakan dari total 60 jutaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), baru sekitar 9 persen yang menggunakan teknologi digital khususnya untuk promosi dan pemasaran barang-barang yang mereka produksi.
"Tetapi hanya 3 persen dari UMKM yang mengadopsi teknologi digital secara menyeluruh termasuk dalam proses produksi dan di luar sektor marketing," kata Siwage.
Karena itu, Siwage menekankan adanya riset lanjutan alasan UMKM sulit mengadopsi seluruh teknologi digital dalam seluruh proses bisnis yang mereka miliki.
Sumber: https://www.startsmeup.id/2024/05/brin-teliti-digitalisasi-ukm-beri-3.html
0 comments:
Post a Comment