Friday, May 28, 2021

Misi Menyambungkan UKM dengan Diaspora


Mencetak eksportir baru dari kalangan usaha kecil menengah atau UKM tak mudah. Selain penguatan usaha tersebut, jejaring pasar perlu dibangun. Misi menyambungkan UKM dengan diaspora di sejumlah negara digulirkan.


Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sekolah Ekspor, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri menjembataninya. Melalui Seri Dialog Global 500K Eksportir Baru ”Diaspora Eksportir Baru Wilayah Amerika Serikat” yang digelar secara virtual, Kamis (27/5/2021), diaspora yang memiliki bisnis di sejumlah wilayah AS dihadirkan.

Para diaspora tersebut bergerak di sektor ritel, logistik, pergudangan terintegrasi (warehouse), dan distribusi. Selain berbagi pengalaman dan membagikan kondisi pasar AS, mereka juga berkomitmen menjadi aggregator atau penghubung dengan pebisnis dan konsumen di AS.

Yun Takari pemilik Takari International Inc, perusahaan yang bergerak di sektor distributor ritel kecil hingga besar di California, AS, mengatakan, selama pandemi Covid-19, permintaan makanan dan bahan pangan organik di AS meningkat hingga 12,5 persen dari kondisi sebelum pandemi. Permintaan tepung dan bahan-bahan masakan tumbuh masing-masing 70 persen dan 50 persen.

Selain itu, permintaan tahu, tempe, dan edamame, serta komoditas pertanian juga meningkat. Ini membuka peluang ekspor sektor makanan-minuman dan agrikultur dari Indonesia.

”Tantangannya adalah produk-produk tersebut harus mimiliki sertifikat organik AS atau sertifikat organik dari negara-negara lain yang diakui AS,” ujarnya.

Peluang ekspor lain juga berasal dari sektor perikanan dan bumbu dapur atau rempah. Pemilik sekaligus koki Yono’s Restaurant di Albany, New York, Yono Purnomo, mengaku kesulitan mendapatkan produk-produk bumbu dapur dan ikan dari Indonesia.

Bumbu dapur yang mudah didapat kebanyakan berasal dari Thailand. Adapun beberapa jenis ikan dari Indonesia sekarang ini kebanyakan dengan kemasan Thailand, Singapura, dan Filipina. ”Dulu, saya mudah mendapatkan beberapa jenis ikan tersebut dari eskportir di Surabaya. Namun, sekarang sudah sulit dicari,” ujarnya.

Sementara Sugi Suherman, pendiri Agiloc International Inc, California, siap membantu eksportir-eksportir baru Indonesia dari sisi jasa logistik. Ia juga berharap agar Indonesia bisa memanfaatkan ceruk pasar AS yang semula diisi China dan Thailand. Perang dagang AS-China masih berlanjut, sedangkan sejumlah produk dari Thailand sudah tidak lagi mendapatkan tarif khusus lagi dari AS.

Badan Pusat Statustik mencatat, total perdagangan AS-Indonesia pada 2020 senilai 27,2 miliar dollar AS. Indonesia masih membukukan surplus perdagangan dengan AS sebesar 10,04 miliar dollar AS. Pada tahun tersebut, ekspor nonmigas Indonesia yang senilai 18,6 miliar dollar AS menempati urutan kedua ekspor Indonesia ke dunia setelah China.

Pada triwulan I-2021, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS sebesar 5,6 miliar dollar AS, tumbuh 15,96 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020.

Belum optimal

Kendati surplus dagang dari AS, selama ini Indonesia masih belum mengoptimalkan ekspornya ke AS. Padahal, Pemerintah AS telah memberikan dan memperpanjang tarif preferensial umum (GSP) bagi Indonesia. Melalui GSP, produk-produk Indonesia bisa mendapatkan bea masuk lebih murah, bahkan bebas bea masuk.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, dari lebih kurang 3.500 pos tarif GSP, baru 700 pos tarif yang dimanfaatkan. Hal ini terjadi lantaran masih banyak pelaku usaha siap ekspor yang belum memahami fasilitas tersebut.

Oleh karena itu, fasilitas ini perlu dioptimalkan dengan meningkatkan literasi dan membuat jejaring antara eksportir dan dispora Indonesia di AS. Saat ini lebih kurang ada 142.000 diaspora Indonesia di sana. ”Ini menjadi modal besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan pasar AS,” katanya.

Konsul Jenderal RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir, mengemukakan, produk-produk RI belum merata di semua negara bagian AS. Untuk memenuhi kebutuhan produk-produk RI di Chicago, para diaspora biasanya mendapatkan dari wilayah-wilayah lain di AS.

Ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Diaspora Indonesia di AS yang bergerak di berbagai lini bisnis bisa menjadi jembatan peningkatan ekspor dan semakin menyebarnya produk-produk Indonesia di AS.

”Salah satu upaya konkretnya adalah mengembangkan toko-toko grosir produk-produk RI di AS. Ada seorang diaspora yang merintis toko grosir di Chicago. Toko itu akan diluncurkan pada Juni 2021 nanti,” katanya.

Balai Besar Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan Ekspor dan Sekolah Ekspor akan bekerja sama mengurasi dan memetakan diaspora-diaspora Indonesia yang tersebar di beberapa negara. Hal itu dalam rangka membangun jaringan ekspor dari hulu hingga hilir.

”Dialog akan kami bangun. Data akan kami rajut untuk melengkapi pembuatan peta jalan pengembangan ekspor bagi 500.000 eksportir baru dari kalangan UKM,” kata Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono.

Sumber : https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/05/28/misi-menyambungkan-ukm-dengan-diaspora/?status_login=login#

0 comments:

Post a Comment