Thursday, February 6, 2020

GSMA: Indonesia Punya Peluang Besar Menuju Transformasi Digital

Para pembicara di acara GSMA Industry Summit, Promoting Digital Indonesia di Grand Hyatt Hotel, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Februari 2020. TEMPO/Khory

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan terbaru dari Global System for Mobile Communications Association (GSMA) menyebutkan, migrasi TV analog dan alokasi dividen digital untuk layanan broadband seluler membuka era baru dalam konektivitas kecepatan tinggi untuk Indonesia. Hal ini mendorong peningkatan perekonomian sebesar US$ 10,5 miliar pada 2020.
Head of Asia Pacific GSMA Julian Gorman menjelaskan bahwa melepaskan dividen band digital sangat penting untuk daya saing Indonesia di masa depan. “Indonesia tidak lama lagi akan mewujudkan harapannya menjadi raksasa ekonomi digital. Tapi, upaya itu bisa terhambat jika Indonesia kesulitan mempertahankan lanskap digitalnya yang atraktif,” ujar dia di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Februari 2020.

Laporan berjudul ‘Spotlight on Indonesia: The imperative of seizing mobile broadband opportunities now’ menyebutkan bahwa sektor seluler di Indonesia mengalami pertumbuhan besar-besaran, dengan 176 juta orang Indonesia kini berlangganan layanan seluler.
Layanan seluler memiliki peran dalam menghubungkan jutaan orang ke internet, terutama di kawasan yang paling sulit dijangkau. Dalam lima tahun ke depan, jumlah pelanggan seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 199 juta, dengan 177 juta di antaranya menggunakan layanan seluler untuk mengakses internet. 
“Meskipun transformasi digital tertunda sebentar saja, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan miliaran dolar, sekaligus menyebabkan akses terhadap layanan broadband seluler menjadi terbatas bagi jutaan orang,” tutur Gorman.
Layanan seluler juga penting dalam transformasi digital di industri tradisional seperti pertanian dan manufaktur, dan merangsang inovasi di antara perusahaan startup dalam negeri.
Indonesia menghasilkan lima 'unicorn' (startup dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar). Namun, kurangnya pemanfaatan spektrum membatasi kemampuan operator untuk memperluas jangkauan jaringannya, sehingga menghambat adopsi teknologi digital ke depan. 
Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang diwakili Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Ismail menyatakan bahwa Indonesia adalah pasar seluler terbesar ketiga di Asia Pasifik dengan pengguna platform digital yang cukup signifikan.
“Kami dengan cepat berkembang untuk mewujudkan harapan menjadi negara dengan kemampuan digital terkuat di kawasan Asia Tenggara,” kata Ismail. “Untuk mewujudkannya membutuhkan percepatan transformasi digital. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang dalam proses merevisi UU Penyiaran tahun ini agar bisa melepaskan dividen digital.” 
Malaysia, Filipina, dan Singapura telah menyelesaikan proses switch-off layanan analognya, sehingga memungkinkan operator untuk memperkuat layanan 4G dan menguji jaringan 5G. Sementara Indonesia, Head of Spectrum GSMA Brett Tarnutzer melanjutkan, belum melakukan realokasi spektrum dividen digital 700 MHz ke layanan seluler.
“Karakteristik teknis dari spektrum ini memungkinkan jangkauan lebih baik dengan infrastruktur lebih sedikit dibanding spektrum yang lebih tinggi.”, kata Tarnutzer. “Operator pun bisa mengurangi biaya modal mereka dan konsumen akan diuntungkan karena implementasinya lebih cepat. “ 
Pada 1 Agustus 2018 , Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan konsultasi publik tentang penyiaran TV digital tanpa mengumumkan jadwal waktu spektrum 700 MHz akan dialihkan ke operator seluler. Sementara, alokasi eksklusif dari 700 MHz dalam jumlah yang cukup merupakan kunci bagi operator telekomunikasi untuk menghadirkan layanan 4G – dan di masa depan 5G – yang terjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.
Laporan studi GSMA juga menyerukan pentingnya segera merencanakan pelepasan dividen digital agar bisa bergerak maju tanpa ragu.  “Sekitar 44 persen dari total populasi di Indonesia di daerah pedesaan dan mengalami kesenjangan jangkauan seluler, ini sangat bergantung pada seberapa cepat tindakan yang diambil untuk mengatasinya,” tambah Gorman. 

0 comments:

Post a Comment