Friday, June 14, 2024

MenkopUKM Tekankan Pentingnya Bangun Industri UMKM Domestik

 


INFO NASIONAL - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki menegaskan pentingnya membangun industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berbasis pada keunggulan domestik. Dalam orasi ilmiahnya pada Sidang Terbuka Senat Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dalam rangka Milad ke-21 di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis, 13 Juni 2024, Teten menyoroti peran vital pengolahan sumber daya alam lokal sebagai fondasi industri nasional masa depan.

"Kita harus membangun pabrik-pabrik skala kecil dan menengah berbasis bahan baku dan keunggulan domestik yang kita miliki," ujar MenKopUKM Teten Masduki. Dengan demikian, tujuan utamanya adalah menciptakan lapangan kerja berkualitas di dalam negeri. Menurutnya, mengundang manufaktur dari luar yang padat karya kini sudah tidak memungkinkan lagi, mengingat keunggulan komparatif antarnegara sudah relatif sama. "Dan ini juga sudah menjadi sunset industry," kata dia.

Sebagai contoh konkret, Teten menyebut Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar di dunia, namun ekspor masih terbatas pada CPO dan minyak goreng. Padahal, perusahaan besar seperti Unilever dapat memanfaatkan sawit sebagai bahan baku untuk puluhan produknya. 

Menteri Teten juga merujuk pada program industri parfum di Prancis, di mana 95 persen bahan bakunya berasal dari Indonesia, serta industri kecantikan Korea Selatan yang menjadi pusat produksi skincare global. "Yang paling banyak dicari anak-anak muda seluruh dunia adalah skincare. Salah satu produsen terbesar skincare dunia adalah Korsel," kata Teten. Di Korea Selatan, pabrik-pabrik kecil memanfaatkan bahan baku yang sebagian besar berasal dari Indonesia, seperti ekstrak lidah buaya, alpukat, dan herbal lainnya.

"Kita kaya akan sumber daya alam, tapi mengapa kita tidak mengolahnya sendiri, minimal menjadi bahan setengah jadi untuk mensuplai industri nasional dan global," tegasnya. Untuk itu, KemenKopUKM merancang program strategis untuk membangun banyak Factory Sharing dengan biaya antara Rp10 miliar hingga Rp20 miliar, guna mengolah berbagai sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. "Kita di ASEAN sangat kuat di sektor pertanian dan perikanan. Kita kaya akan udang, ikan, dan lobster. Fokus saja ke situ," ujarnya.

Teten juga mencontohkan keberhasilan Norwegia yang pendapatan utamanya kini berasal dari budidaya ikan salmon, bukan lagi dari sektor migas. Mereka melakukan riset mendalam tentang pakan ikan dan jaring terapung yang cocok untuk laut Norwegia, yang telah diadopsi Vietnam untuk mengembangkan ikan baramundi (kakap putih). "Sukabumi kaya akan ikan kakap putih. Kenapa Vietnam bisa mengembangkannya? Karena baramundi akan menjadi pengganti salmon di tengah isu pemanasan global," kata dia.

Meski penting untuk membangun ekonomi baru, Teten tidak melihat potensi utama itu di sektor ekonomi digital (e-commerce). Menurutnya, di China ekonomi digital telah menjadi ekonomi baru yang mengalahkan Amerika Serikat dengan kontribusi 41% terhadap GDP, dan kini banyak masuk ke Indonesia. Ia juga mewanti-wanti adanya platform e-commerce baru bernama Temu yang terhubung langsung dari ratusan pabrik ke konsumen. "Bakal banyak lapangan kerja di sektor distribusi yang hilang dan produk mereka pasti sangat murah, kita tidak mungkin bisa bersaing," ujarnya.

Menteri Teten mengungkapkan bahwa pihaknya sedang melirik anak-anak muda dari berbagai kampus untuk dikembangkan dalam inkubator-inkubator bisnis. "Kami menyiapkan anak-anak muda yang memiliki ide agar dierami, ditetaskan, dan dibesarkan. Dengan begitu, kita bisa menciptakan wirausahawan baru," katanya.

Indonesia saat ini memiliki sekitar 2600 startup, menjadikannya negara dengan jumlah startup terbesar keenam di dunia. Namun, banyak dari mereka berfokus pada e-commerce tanpa menggunakan teknologi AI dan IoT di sektor produksi. "Contohnya Korea Selatan, yang sudah menggunakan IoT (mesin otomatis yang terkoneksi ke semua proses industri) dengan tenaga kerja minimal," tambah Teten.

Startup ini akan diinkubasi dan diarahkan ke sektor produksi dengan aplikasi digital. "Kami juga melakukan business matching untuk mereka, memperkuat sektor pertanian dan perikanan," kata Teten. 

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMMI Dr. Reny Sukmawani menjelaskan bahwa UMMI telah mencapai usia yang matang dan terus berkomitmen memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat Sukabumi. "Kami bangga dengan pencapaian yang telah diraih dan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di kampus ini," kata Reny.

Dengan dukungan berbagai pihak, UMMI optimistis dapat terus berinovasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat Sukabumi serta menjadi kampus yang unggul dan bereputasi. "Kami juga telah meluncurkan program Satu Desa Satu Sarjana, sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat dalam UKM dan pendampingan koperasi," ujar Reny.(*)



Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1879585/menkopukm-tekankan-pentingnya-bangun-industri-umkm-domestik

0 comments:

Post a Comment