Wednesday, May 29, 2024

Ini 5 Perusahaan Green Business Terbaik 2024

 


Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim yang ekstrem menjadi sorotan besar tahun ini dengan begitu banyaknya bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Krisis iklim juga menyadarkan manusia dan dunia bisnis untuk ikut berbenah dan bergerak menyelamatkan bumi.

Dampak perubahan iklim yang ekstrem terpantau nyata tahun ini mulai banjir bandang di Brasil dan Timur Tengah, suhu mendidih di Asia dan longsor di Papua New Guinea.
Indonesia juga tak luput dari krisis iklim dengan bukti banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor. Aktivitas manusia dan bisnis sejak 1800an diperkirakan menjadi pendorong utama perubahan iklim.

Laporan (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang diterbitkan pada tahun 2021 menemukan bahwa emisi manusia dari gas yang memerangkap panas telah menghangatkan iklim hampir 2 derajat Fahrenheit (1,1 derajat Celcius) sejak masa pra-Industri (mulai tahun 1750).

Maka dari itu, suhu rata-rata global diperkirakan akan mencapai atau melebihi 1,5 derajat C (sekitar 3 derajat F) dalam beberapa dekade mendatang. Studi London School of Economics and Political Science ((LSE) memperkirakan kerugian akibat perubahan iklim bisa menembus US$ 1-1,8 triliun pada 2050.

Dampak besar perubahan iklim kemudian membuat banyak pihak, termasuk perusahaan bergerak. Banyak perusahaan kemudian memberlakukan prinsip bisnis yang lebih ramah lingkungan serta menetapkan sejumlah target untuk menekan emisi gas rumah kaca.

Keperdulian perusahaan tersebutlah yang mendorong CNBC Indonesia untuk memberikan pemeringkatan bisnis hijau atau green business ratings. Pemeringkatan ini adalah penilaian terhadap perusahaan yang memiliki perhatian lebih di atas rata-rata industri atas praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pemeringkat angreen business melibatkan penggunaan indikator dan kriteria tertentu yang mencakup berbagai aspek keberlanjutan, seperti efisiensi energi, pengelolaan limbah, perlindungan alam, tanggung jawab sosial perusahaan, pembiayaan, dan lain-lain.

Fokus penilaian pada tahun ini adalah peran dan kebijakan perusahaan dalam meningkatkan transisi energi, baik melalui pembiayaan atau perbaikan model bisnis.

Pemeringkatan green business memiliki beberapa manfaat. Pertama, pemeringkatan dapat membantu perusahaan memahami area di mana mereka dapat meningkatkan praktik bisnis mereka untuk menjadi lebih berkelanjutan. Ini dapat mendorong adopsi teknologi dan proses yang lebih ramah lingkungan, efisien sumber daya, dan inovasi berkelanjutan.

Kedua, pemeringkatan memberikan panduan dan informasi bagi pemangku kepentingan, seperti investor, konsumen, dan masyarakat umum, untuk membuat keputusan yang berkelanjutan. Peringkat ini memberikan gambaran tentang komitmen perusahaan terhadap praktik bisnis yang ramah lingkungan dan membantu dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan.

Ketiga, pemeringkatan dapat mendorong persaingan sehat di antara perusahaan untuk meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka. Dengan adanya pemeringkatan, perusahaan didorong untuk berinovasi dan mengadopsi praktik bisnis yang lebih berkelanjutan untuk mencapai peringkat yang lebih baik dan mendapatkan keunggulan kompetitif.

Perusahaan yang kami pilih sangat beragam karena kami menilai transisi energi hijau dan peningkatan peran perduli lingkungan juga harus bergerak dari semua sektor tanpa memandang core bisnis perusahaan. Sangat penting untuk maju bersama dan bergerak untuk menyelamatkan bumi dan mengurangi dampak krisis iklim untuk kehidupan yang lebih baik.

Perubahan iklim yang ekstrem membuat dunia bergerak, termasuk sektor perbankan. Sebagai salah satu bank terbesar dan memegang peran sangat strategis dan penopang perekonomian Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga tidak berpangku tangan menghadapi perubahan iklim yang ekstrem.

Kepedulian besar BRI dalam ikut mengurangi emisi gas rumah kaca melalui beragam kebijakan inilah yang menurut CNBC Indonesia menilai BRI layak mendapatkan Green Ratings.

BRI terus meningkatkan peran dalam mengurangi emisi gas rumah kaca serta mempercepat penggunaan energi hijau yang ramah lingkungan. Bank berusia 128 tahun tersebut bahkan telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada 2050.

Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dilakukan secara menyeluruh dari sektor pembiayaan, operasional, hingga program CorporateSocial Responsibility.

BRI juga sudah menerapkan prinsip Environmental (lingkungan), Social (sosial) dan Governance atau prinsip ESG dalam menjalankan proses bisnis dan operasionalnya.

BRI memperkuat komitmen keperdulian lingkungannya dengan bergabung ke dalam United Nations Global Compact (UNGC) pada Maret 2023. UNGC merupakan inisiatif global yang digagas United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memiliki 10) prinsip universal, termasuk dalam soal lingkungan.

Untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2050, BRI menetapkan sejumlah program berdasarkan Inisiatif Target Berbasis Sains (Science Based Targets Initiative/SBTi).

Sebagai catatan, SBTi adalah upaya mendorong aksi iklim yang ambisius, terukur, dan berbasis sains di sektor swasta berdasarkan kemitraan antara Carbon Disclosure Project (CDP), United Nations Global Compact (UNGC), World Resources Institute (WRI) dan World Wide Fund for Nature (WWF).

BRI menyempurnakan perhitungan emisi gas rumah kaca mencakup emisi Scope 1, Scope 2, dan Scope 3 pada 2022. Adapun tiga scope tersebut adalah:
a. Scope 1 yakni terkait dengan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).

BRI telah menggunakan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional mereka. BRI telah menggunakan 118 mobil listrik dan 150 motor listrik. BRI juga telah memiliki stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di lingkungan kantor pusat.

b. Scope 2 terkait penggunaan listrik
BRI melakukan pemasangan panel surya sebagai alternatif sumber daya listrik terbarukan. Sebanyak 93 unit kerja BRI telah terinstalasi panel surya.

c. Scope 3 terkait financed emission
BRI terus memberikan dukungan baik finansial maupun non-finansial kepada nasabah pinjaman dan investasi yang berkaitan dengan kegiatan usaha di sektor hijau.

Portofolio pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing portfolio)BRI pada akhir Desember 2023 mencapai Rp777.3 triliun, atau setara 67,1 % dari total kredit yang disalurkan serta investasi surat berharga korporasi berbasis ESG.

Penyaluran kredit terbesar adalah untuk sektor UMKM dengan nilai mencapai Rp690,4 triliun.

Pembiayaan kepada sektor hijau ada di urutan kedua dengan nilai Rp82,3 triliun. Pembiayaan terbesar di sektor hijau adalah untuk pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berwawasan lingkungan, transportasi hijau, dan energi terbarukan.

Laporan tahunan ESG BRI pada 2019-2023 menunjukkan kredit untuk sektor hijau terus meningkat dari Rp 68,03 triliun pada 2019 menjadi Rp 82,32 triliun pada 2023. Porsi tersebut setara dengan sekitar 7% dari total pembiayaan BRI.

Pembiayaan sektor hijau tak hanya mencakup segmen korporasi tetapi juga consumer dan UMKM. Di antaranya adalah untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dikhususkan untuk pembiayaan pembelian rumah baru dengan konsep perumahan berkonsep hijau.

BRI juga menjadi pioneer di industri perbankan dalam penerbitan obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan atau Green Bond.

Hingga kuartal I-2024, BRI membukukan total bond outstanding sebesar Rp37,2 triliun, termasuk Green Bond milik BRI senilai Rp13,5 triliun yang diluncurkan secara bertahap pada 2022, 2023, dan 2024.

Bank yang berdiri pada 16 Desember 1895 tersebut juga terus meningkatkan penggunaan mobile banking dalam operasional. Upaya ini salah satunya dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kertas.

Laporan ESG 2023 BRI menunjukkan pemakaian kertas berkurang drastis dari 248,72 kg per unit kerja pada 2022 menjadi 149,04 kg per unit kerja. Pemakaian kertas per pekerja berkurang drastis dari 17,31 per kg pada 2022 menjadi hanya 9,61 per kg pada 2023.

BRI juga terus mendukung komitmen keberlanjutan lingkungan dengan menjaga efisiensi pemanfaatan energi dalam operasional Data Center. Pada Tahun 2023, BRI mencatatkan capaian Power Usage Effectiveness (PUE) index sebesar 1,46 dan 1,56 dari skala 3 pada level Efficient.

BRI juga menggalakkan sejumlah program dalam upayanya untuk menekan emisi gas rumah kaca, mulai dari daur ulang limbah hingga menanam pohon.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus berkomitmen menjadi agen transformasi dalam penerapan prinsip lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola yang baik (governance) atau ESG. BNI mendorong sejumlah program penerapan ESG sebagai standar kinerja operasional Perusahaan yang berkelanjutan.

Tekad besar BNI dalam meningkatkan pembiayaan hijau serta meningkatkan prinsip ekonomi hijau dalam bisnisnya ini menurut CNBC Indonesia sangat layak diapresiasi dan dianugerahi Green Ratings.

Dalam beberapa tahun terakhir, BNI juga telah menunjukkan upaya besar untuk membentuk ekosistem industri hijau di Indonesia, khususnya melalui permodalan berbasis Green Bond dan pendanaan Sustainability Linked Loan (SLL), serta skema pembiayaan khusus yang disertai dengan pricing yang menarik untuk green financing.

BNI mencatat kredit hijau tumbuh dengan rata-rata 23% setiap tahun (CAGR) dengan nilai Rp 67,4 triliun pada kuartal I-2024, dibandingkan akhir Desember 2020 sebesar Rp 29,5 triliun. Penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2% dari keseluruhan wholesale loan, sementara pada Desember 2020 porsinya baru sebesar 7,8%.

"Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," ungkap Direktur Risk Management, David Pirzada saat paparan kinerja perusahaan, Senin (29/4/2024).

Kemudian, untuk green bond BNI berhasil menyalurkan Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.

Melalui penyaluran green bond tersebut, BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam.

Tepatnya pada 21 Juni 2022 lalu, BNI diketahui menjadi bank nasional pertama yang telah menerbitkan green bond atau obligasi hijau dalam denominasi rupiah.

Pada waktu itu, BNI menerbitkan obligasi berwawasan lingkungan dengan jumlah pokok Rp5 triliun. Surat utang ini diputuskan untuk dibagi dalam 2 seri yakni Seri A jumlah pokok Rp 4 triliun dengan jangka waktu 3 tahun, dan Seri B jumlah pokok Rp 1 triliun dengan jangka waktu lima tahun.

Penyaluran Green Bond BNI dilakukan 100% kepada 10 sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) sesuai dengan POJK 60/2017, dimana 77,06% penyaluran Green Bond dilakukan kepada 3 sektor yang memenuhi kriteria dalam Framework Green Bond BNI.

BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur.

Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp 4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri.

"Sebagai bukti pencapaian BNI dalam pengelolaan keuangan berkelanjutan, pada akhir Maret 2024 BNI juga berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4," pungkas David.

PT Pertamina (Persero) mendapatkan Green Ratings  dari CNBC Indonesia dalam Green Economic Forum 2024. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas upaya Pertamina dalam mengembangkan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan, khususnya dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) ataubiofuelsepertibioetanol,bioavtur, panas bumi (geotermal), dan termasuk gas sebagai sumber energi transisi.

Sebagailokomotif pengembangan energi hijau, pencapaian Pertamina yang layak mendapat apresiasi ini telah menempuh perjalanan yang penuh dengan rintangan. Berbagai faktor dan tantangan dihadapi Pertamina dalam mengembangkanBBNdisertai berbagai inisiatif dan inovasi yang dikembangkan sebagai solusi.

1. Pengembangan Bahan Bakar Nabati:Bioetanol

Pengembangan BBN sebagai alternatif energi ramah lingkungan di Indonesia masih menemui berbagai tantangan. Salah satu hambatan utama adalah adanya pungutan bea cukai untuk produk etanol, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi tidak efisien. Padahal, negara-negara seperti Amerika Serikat, Brasil, dan India telah berhasil mengembangkan bioetanol dengan berbagai insentif dari pemerintah.

Sejumlah negara sudah sukses mengembangkan bioetanol sebagai bahan bakar. India, misalnya, dengan Kebijakan Nasional Biofuel 2018, menetapkan target pencampuran etanol sebesar 20% dan biodiesel sebesar 5% pada 2030 serta mendorong produksi melalui harga jaminan dan kontrak jangka panjang.

Investasi dalam teknologi bioetanol yang lebih efisien dan ramah lingkungan juga perlu dilakukan, serta membangun kerja sama dengan produsen otomotif untuk mempromosikan kendaraan yang dapat menggunakan bioetanol.

Pengembangan ini telah dilakukan Pertamina Patra Niaga dengan mencampurkan bioetanol 5% (E5), terutama yang berasal dari tetes tebu (molase), ke dalam BBM Pertamax (RON 92). Hasilnya adalah produk setara RON 95 yang dijual dengan merek Pertamax Green 95.

Produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah untuk2030 adalah mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi imporBBMsebesar 60%, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada 2022.

Produksi bioetanol baru menyumbang 2% dalam bauran energi baru dan terbarukan (EBT). Meski demikian, pemerintah terus berupaya meningkatkan kontribusinya. Program pencampuran bioetanol dalam BBM jenis bensin dijadwalkan mencapai 10% (E10) pada 2029 atau 2030. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi adalah pasokan bahan baku bioetanol yang berasal dari tebu.

Data Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menunjukkan penurunan produktivitas pada 2023 menjadi 70,7 ton per hektare tebu. Bahkan, level saat ini jauh lebih rendah dibanding level tertingginya pada 2010 yang mencapai 81,8 per ha.

2. Pengembangan Geothermal

Panas bumi atau geothermal merupakan salah satu potensi besar sumber energi yang dimiliki Indonesia. Potensi panas bumi di perut bumi Indonesia diperkirakan mengandungi 23.965,5 MW atau menjadi yang terbesar kedua di dunia.

Namun, pemanfaatan potensi ini masih sangat kecil karena masih di kisaran 10%.

Saat ini potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 9,8% dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW dari 16 Wilayah Kerja. Di era transisi energi, potensi panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang dilirik investor global.

PT Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi pionir dalam pemanfaatan energi panas bumi sejak 2006 silam sebagai tindak lanjut atas mandat pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) 16 tahun 1974.

Melalui eksplorasi energi panas bumi, anak usaha Pertamina ini bisa mengolah-nya menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan.
Kini, PGEO menjadi pemain terbesar di Industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri.

hingga saat iniPGEmengelola13Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri (Own Operation).

3. Pengembangan Bioavtur

Selain bioetanol, Pertamina juga berupaya mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menargetkan dapat memproduksi bioavtur 100% pada 2026. Saat ini, perusahaan telah berhasil memproduksi bioavtur dengan campuran 2,4% produk sawit dengan kapasitas 9.000 barel per hari di Green Refinery Kilang Cilacap. Pengembangan bioavtur ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri penerbangan.

Menurut Data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional, produksi sawit Indonesia mencapai 48,2 juta ton pada tahun 2022. Produksi ini menunjukkan tren peningkatan, meskipun sempat mengalami penurunan pada 2020-2021 akibat dampak Covid-19. Besarnya produksi sawit ini menghadirkan peluang untuk menggantikan kebutuhan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati.

Data Statistik Minyak dan Gas yang dirilis oleh Kementerian ESDM menunjukkan hasil pengolahan minyak untuk menjadi bahan bakar avtur cukup besar, meski menunjukkan tren penurunan akibat pandemi Covid-19 yang menurunkan tingkat penerbangan. Data menunjukkan sepanjang Semester-I 2022 hasil olahan avtur mencapai 6,6 juta barel.

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, menargetkan bisa memproduksi bioavtur 100% pada 2026. Penggunaan produk sawit sebagai bioavtur 100% dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang masih harus diimpor.

4. Transisi Energi Hijau: Gas

Salah satu anak perusahaan Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk (PGAS) sedang mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk memperkuat bisnis gas bumi di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung transisi energi yang lebih bersih menuju emisi nol dengan memanfaatkan gas bumi yang memiliki emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya.

PGN akan memprioritaskan pertumbuhan melalui integrasi infrastruktur yang dimiliki perusahaan. Integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan infrastruktur yang ada dan menggerakkan permintaan gas di masyarakat.

Mengutip data materi public expose PGN, jaringan pipa PGN meningkat 1.004 kilometer pada 2023 menjadi 12.529 kilometer, atau meningkat 8,7%. Inisiatif ini berhasil meningkatkan aliran gas bumi terutama dari lapangan JTB melalui pipa transmisi Gresik-Semarang. Selain itu, transmisi gas meningkat 8% menjadi 1.444 MMSCFD sepanjang Januari-September 2023.

Strategi prioritas PGN adalah menjamin suplai gas untuk masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Data materi PubEx PGN menunjukkan bahwa harga gas merupakan komoditas energi termurah setelah batu bara per 30 September 2023. Harga rata-rata gas PGN sebesar US$7,39 MMBTU, sedikit lebih tinggi dibandingkan batu bara yang memiliki harga US$5,29 MMBTU, namun gas memiliki tingkat emisi yang lebih rendah sehingga menjadi opsi diversifikasi yang menarik.

Komitmen pengembangan jargas terlihat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, jargas mencapai 40.877 SR dengan 12 kota/kabupaten. Pada 2023, total jargas meningkat menjadi 290.400 SR dengan 67 kota/kabupaten, dan ditargetkan tumbuh menjadi 633.930 SR pada 2024.

Sejak akhir 2023, PGN telah melakukan pembicaraan intensif dengan pemerintah untuk membangun hingga 2,5 juta sambungan Jargas ke rumah tangga.

PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) berkomitmen penuh dalam mengembangkan energi hijau, mengurangi dampak perubahan iklim serta bersama Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Komitmen tersebut diterapkan dalam beragam bentuk mulai dari meningkatkan bauran energi, menambah pembiayaan berkelanjutan, hingga memberdayakan masyarakat dalam pengembangan energi hijau.

Komitmen besar PLN untuk terus berinovasi dalam ikut serta mengurangi dampak perubahan iklim inilah yang membuat CNBC Indonesia menilai PLN layak mendapatkan Green Ratings.

Sebagai tulang punggung penyedia listrik di Indonesia, PLN bahkan melakukan banyak terobosan dan gebrakan besar dalam pengembangan energi hijau.

Di antaranya adalah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), mengembangkan bahan bakar hydrogen hijau, menyediakan Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), hingga mengurangi penggunaan bahan fosil dengan biomassa atau co-firing.

PLN juga ikut aktif dalam melakukan konservasi serta pelestarian lingkungan.
Komitmen besar PLN dalam mengembangkan energi hijau terlihat dari meningkatnya bauran energi.
 Sepanjang 2023, PLN menambah pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 296 Megawatt (MW).

Merujuk pada Statistik PLN 2023, dibandingkan 2019 terdapat penambahan  pembangkit listrik berbasis EBT yakni Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH),

Kapasitas terpasang untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya juga melonjak dari 14,65 mega-watt (MW) pada 2019 menjadi 32,22 MW pada 2023. Berikut kapasitas terpasang EBT yang hanya dihasilkan dari pembangkit PLN.

Berikut beberapa gebrakan PLN dalam pengembangan energi hijau: 

1. Mengoperasikan PLTS Terapung Cirata

PLN mengoperasikan PLTS pada 9 November 2023 yang berlokasi di Cirata, Purwakarta, Jawa Barat. PLTS dengan kapasitas produksi listrik 192 Mega Watt Peak (MWp) tersebut merupakan yang terbesar di ASEAN dan menjadi yang terbesar ke-3 di dunia.

PLTS Terapung Cirata akan memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa Bali.

PLTS Cirata terdiri dari 13 pulau/ arrays dengan lebih dari 340 ribu panel surya. Pembangkit tersebut diharapkan bisa menghasilkan listrik untuk lebih dari 50 ribu rumah. 

2. Mengembangkan Bahan Bakar Green Hydrogen

PLN pada akhir 2023 menghadirkan bahan bakar baru untuk kendaraan yang lebih ramah lingkungan melalui green hydrogen.

Gebrakan ini dinilai menjadikan PLN sebagai pionir terbentuknya rantai pasok kebutuhan green hydrogen sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan untuk masa depan.
PLN pada Oktober 2023 juga meresmikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Pluit, Jakarta.

Hingga saat ini PLN telah memiliki 22 GHP tersebar di Indonesia yang bisa memproduksi 203 ton hidrogen hijau per tahun. Sebanyak 75 ton hidrogen akan digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit dan 128 ton untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.

3. Menyediakan SPLKU
SPLKU atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum berfungsi sebagai tempat pengisian kembali daya baterai kendaraan listrik yang bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat Indonesia yang mempunyai kendaraan listrik.

SPLKU adalah upaya nyata PLN dala mendorong penggunaan kendaraan listrik (EV). PLN bersama mitra kini menyediakan 1.370 unit SPLKU. SPLKU tersebar dari Jawa, Kota Jambi Lubuklinggau hingga Ibu Kota Nusantara.

Terdapat pula 9.886 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) dan 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Listrik Umum (SPBKLU).
Selain SPKLU, PLN juga memberikan berbagai kemudahan bagi pengguna kendaraan listrik, termasuk layanan pengisian daya kendaraan listrik di rumah atau home charging.

Sebanyak 3.729 unit layanan home charging telah berhasil dipasang selama 2023. Jumlah tersebut melonjak lima kali lipat dibandingkan 2022.

Secara keseluruhan, jumlah home charging yang saat ini terhubung dengan listrik PLN mencapai 4.610 unit.

4. Memanfaatkan Co-firing

PLN melakukan inovasi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara. Hingga saat ini, kami telah mengimplementasikan teknologi co-firing di 43 PLTU. Penggunaan teknologi co-firing diharapkan bisa ditingkatkan di 52 PLTU pada 2025.

Co-firing merupakan teknik substitusi PLTU batubara dengan bahan biomassa pada rasio tertentu. Teknik ini biasa dilakukan dengan membakar secara bersamaan kedua bahan tersebut.

Sumber biomassa bisa beragam mulai dari pelet kayu, serbuk gergaji, cangkang kelapa sawit, hingga sampah atau limbah. Dengan begitu, limbah yang tadinya hanya dibuang bisa memiliki nilai lebih dan bisa mengurangi penggunaan energi fosil, batubara yang pada akhirnya bisa menjadi solusi mengurangi emisi karbon.

Teknologi ini dilakukan tak sekedar mengurangi emisi, tetapi juga memberdayakan masyarakat, ini membangun ekonomi kerakyatan. Melalui co-firing, PLN mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet untuk bahan baku co-firing sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan pemanfaatan teknologi co-firing,  PLN mampu menekan emisi hingga 1,05 Juta ton CO2e dan memproduksi energi bersih sebesar 1,04 terawatt hour (TWh) sepanjang 2023.

PLN juga telah menyerap biomassa sebanyak 1 Juta ton untuk 43 PLTU pada 2023. tersebar di tanah air. Angka melonjak 71% dibandingkan realisasi serapan biomassa pada 2022.

5. Aktif dalam Carbon Trading
Indonesia membuat sejarah dengan memulai perdagangan kredit karbon perdananya pada tanggal 
26 September 2023.
PLN melalui 
PLN Nusantara Power (PLN NP) menjadi salah satu penyedia bursa karbon terbesar di Indonesia. Realisasi carbon trading pada 2023 menembus 2,4 juta ton CO2.

Di luar operasional, PLN juga aktif dalam melestarikan lingkungan mulai dari menanam pohon hingga menyelamatkan terumbu karang.

Proteksi lingkungan menjadi komitmen serius PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan di Pulau Obi, Maluku Utara.

Harita Nickel (selanjutnya disebut Perseroan) memastikan proteksi lingkungan ini menjadi komitmen dalam operasional perusahaan yang berkelanjutan. Seperti diketahui, nikel disebut-sebut sebagai harta karun di masa depan dengan begitu besarnya peran komoditas tersebut untuk ekosistem kendaraan listrik,

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan Perseroan mencakup aspek tanah, udara, air, flora dan fauna, limbah B3 dan non-B3, hingga pengelolaan limbah domestik yang terpadu.

Dengan sejumlah upaya dan pencapaian besar Harita Nickel dalam ikut serta memiitgasi dampak perubahan iklim inilah yang menurut CNBC Indonesia menilai PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) layak mendapatkan Green Ratings.

Perusahaan terus memprioritaskan keberlanjutan lingkungan. Salah satunya dengan 30% ruang hijau dengan koridor margasatwa di kawasan industri baru.

Harita Group juga mengadopsi standar Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) sebagai tolak ukur penting dalam industri yang dijalankan dan mempersiapkan permintaan pasar akan nikel yang berkelanjutan.

Perusahaan juga telah mencetak banyak pencapaian dalam upaya mengatasi perubahan iklim sepanjang 2023. Di antaranya adalah mendaur ulang 644.234 ton terak nikel setelah mendapatkan izin pemerintah untuk memanfaatkan kembali terak nikel. Bahan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk batu bata beton, konstruksi jalan, dan struktur terumbu karang buatan.

Entitas pertambangan dan pemurnian Harita Nickel juga telah menerima sertifikasi ISO 14001 dan ISO 45001 pada 2023 untuk manajemen mutu dan lingkungan.

Ada tiga area utama yang menjadi fokus Harita dalam ikut upaya memperbaiki lingkungan yakni di darat, udara, dan air.
1. Darat
Beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan untuk meminimalkan jejak karbon kami dengan meningkatkan penyimpanan karbon dan rehabilitasi keanekaragaman hayati yang berkelanjutan

2 Udara
Meningkatkan kualitas udara untuk melindungi kesehatan manusia, lingkungan, serta ekonomi

3. Air
 Menerapkan praktik pengelolaan air yang bertanggung jawab dan melindungi ekosistem serta kehidupan perairan di laut dan danau

Berikut langkah proteksi lingkungan yang sudah dilakukan Perseroan:

1. Reklamasi dan Revegetasi
Ketika proses penambangan sudah mencapai lapisan batuan dasar (bedrock), maka area tersebut dinyatakan mine out dan menjadi area bekas tambang.  Perseroan memastikan area bekas tambang tersebut tak dibiarkan begitu saja, namun ada langkah-langkah penting yang dilakukan sesuai regulasi pemerintah, di mana Harita melakukannya dengan sistem reklamasi.

Reklamasi yang dilakukan Perseroan menerapkan sistem reklamasi dan revegetasi yang berkelanjutan. Artinya, perusahaan tidak harus menunggu semua area di dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) selesai ditambang atau dinyatakan mine out, baru melakukan reklamasi dan revegetasi.

Total sudah ada 201 hektar lahan reklamasi dan revegetasi yang sudah dilakukan Harita Nickel sampai dengan 2023, gabungan dari IUP PT Trimegah Bangun Persada (TBP) dan IUP PT Gane Permai Sentosa (GPS).

Tak hanya itu saja, Perseroan juga telah merehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) yang terdampak dari pertambangan mencapai 475,35 hektar dan juga telah merehabilitasi kawasan bakau seluas 23,04 hektar.

2. Pengelolaan Sampah Domestik
Perseroan di Pulau Obi merupakan kawasan industri yang terintegrasi, oleh karena itu perusahaan melakukan upaya pengelolaan sampah domestik yang serius.

Limbah domestik dari area akomodasi, kantin, hingga perkantoran, dikumpulkan jadi satu untuk dibawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) milik perseroan seluas 1,5 hektar. 

Adapun jenis sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos yang kemudian digunakan untuk penanaman. Sementara sampah anorganik akan dipilah dan dimanfaatkan ulang.

Sistem ini dipimpin oleh satu entitas yakni PT Hijau Lestari Perkasa, untuk mengelola, memilah, dan mengolah semua jenis sampah organik dan anorganik. 

3. Pengelolaan Air Limpasan dengan Sediment Pond

Perseroan juga menaruh perhatian secara khusus pada pengelolaan air limpasan pada setiap bukaan tambang yang tercampur dengan air hujan. Salah satu fokus Perseroan pada pengelolaan air limpasan tambang adalah kepatuhan pada parameter air limbah yang harus dipatuhi.

Perseroan telah membuat sejumlah kolam pengendapan (sediment pond) mulai dari hulu hingga hilir untuk mengelola kekeruhan air, sebelum akhirnya dirilis ke lingkungan (sungai atau laut) melalui titik penaatan yang berizin. 

Pada kolam pengendapan di hilir, ada upaya pengelolaan kekeruhan air menggunakan flokulan untuk lebih mempercepat proses pengendapan sedimennya. Pengelolaan ini dilakukan di kolam sedimen Bunaken dan kolam-kolam sebelum titik penaatan.

Perseroan juga secara rutin melakukan proses reclaim atau pengerukan lumpur pada kolam pengendapan. Proses ini dilakukan pada kolam dengan tingkat endapan lumpur yang sudah mencapai 70% dari kapasitas masing-masing kompartemen kolam.

4. Monitoring Flora dan Fauna

Pemantauan flora dan fauna turut menjadi fokus Perseroan pada area reklamasi dan revegetasi maupun sejumlah titik operasional Perseroan.

Deputy Head of Health, Safety, and Environmental (HSE) Harita Nickel, Muharwan Syahroni menjelaskan tim environmental telah melakukan sejumlah edukasi soal larangan berburu dan mengganggu flora dan fauna.

Selain itu, Perseroan juga melakukan berbagai penilaian untuk membantu Perseroan dalam mengevaluasi dan merencanakan desain tambang serta untuk memandu SOP keanekaragaman hayati kami.

Penilaian ini mencakup berbagai kegiatan, termasuk konservasi flora dan fauna, budidaya tanaman penutup tanah legum, dan pemantauan pertumbuhan tanaman.

Setiap tahun, Perseroan juga bekerja dengan konsultan independen untuk melakukan penilaian keanekaragaman hayati guna memantau flora dan fauna di area seluas lebih dari 5.000 hektar di area TBP Mining dan GPS Mining.

Pada 2023, lebih dari 290 spesies telah diidentifikasi, termasuk mamalia, avifauna, herpetofauna, serangga, dan berbagai spesies flora. Di antaranya, 29 spesies atau 10% merupakan spesies endemik.

Dari total yang ditemukan, spesies berikut didapati menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) yakni 2 Terancam Punah, 2 Rentan, dan 2 Hampir Terancam. 
Sebagai bentuk kampanye penyelamatan satwa langka, Harita Group menggunakan lambang satwa endemik di Pulau Obi yakni Walik Benjol.

5. Menjaga Kualitas Air Laut

Kualitas air laut di kawasan Kawasi, Pulau Obi, turut menjadi perhatian Perseroan. Ada sejumlah langkah yang dilakukan Perseroan dalam menjaga kualitas air laut, mulai dari proses pemantauan secara rutin dengan menguji sampel air hingga menjaga kelestarian biota laut.

Sementara untuk menjaga kelestarian biota laut, salah satu upaya Perseroan adalah memasang reef cube atau kubus berongga di perairan dangkal dengan kedalaman 5 meter. Reef cube dijadikan wadah pertumbuhan terumbu karang dan rumah bagi ikan serta berbagai biota laut lainnya.

Dengan adanya reef cube ini, maka dapat menciptakan ekosistem terumbu karang yang baik. Jika ekosistem terumbu karang dapat terjaga dengan baik, maka menandakan kualitas air laut di kawasan tersebut turut baik dan terjaga. 

6. Pengelolaan Udara

Sejumlah langkah dilakukan Perseroan untuk mengelola kualitas udara di kawasan pertambangan. Untuk mengelola dampak dari debu tambang saat kemarau, Perseroan melakukan penyiraman rutin area tambang menggunakan truk penyiram. 

Kemudian, pengelolaan di pabrik RKEF, Perseroan memasang alat pengendali pencemaran udara berupa ElectroStatic Precipitator (ESP) pada setiap cerobong. 

Manajemen Perseroan menegaskan sejumlah langkah proteksi lingkungan yang dilakukan Harita Nickel tak hanya sebatas memenuhi aspek kepatuhan terhadap regulasi yang ada.

Tetapi yang paling penting adalah untuk mendukung sustainability, menjadi tanggung jawab Perseroan mengedepankan sisi lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan, terutama di Indonesia bagian timur.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/research/20240528200109-128-541945/ini-5-perusahaan-green-business-terbaik-2024/6

0 comments:

Post a Comment